Kuli pelabuhan
Mencatat (yang) Hidup
2 Des 2020
Tentang Blog
Saya tidak menyangka akan menelusuri sejarah panjang blog-blog yang saya punya.
Saya nyaris melupakan saya punya beberapa blog, baik dalam satu akun maupun
yang saya sudah lupa. Pagi ini, tiba-ada pesan masuk dari seseorang yang
meminta saya menghapus postingan di sebuah blog resensi buku yang saya punya.
Saya baru sadar, kalau dulu saya punya sebuah blog yang isinya (direncanakan)
sebagai festival review buku dari penerbit indie. Targetnya sederhana, agar
buku-buku indie yang terbit, sebanyak apa pun dicetak dan terjual, kelak tetap
terdokumentasi.
Reaksi: |
22 Okt 2020
Empat dari Sejumlah Novel Penting yang tidak Pernah Dituliskan
Setiap penulis cerita pastilah berharap dapat menuntaskan pekerjaannya dalam waktu yang terukur, dan segera karya tersebut bisa dinikmati banyak orang. Apalagi itu dirasa sebuah karya besar di masa subur dan produktif. Pasti makin tak sabar mengantarkan ke pembaca. Banyak contoh-contoh karya besar semacam itu lahir, baik oleh seorang pemula, ia yang masih belia dan masih panas-panasnya. Namun ada beberapa karya yang seharusnya hebat dan dasyat itu, yang gema idenya saja membuat kecut rekan si penulis, berakhir tanpa jadi apa-apa. Ia tak pernah berjumpa pembaca. Karya besar itu tak pernah sempat dituliskan. Ia tenggelam dalam lautan rutinitas sang penulis tadi, menjadi mimpi buruk bagi dirinya, terkadang jadi olok-olok kawan dan pasangannya.
Siapakah penulis malang tersebut? Banyak. Banyak sekali. Biar tidak berkepanjangan saya akan menceritakan 4 saja. Empat karya besar yang jika ia terbit barangkali akan benar-benar mengguncang sastra Indonesia tercinta kita, atau sama sekali tak memberikan efek apa-apa. Soal kedua ini abaikan saja. Daftar lainnya kau bisa menambahkan sendiri. Barangkali kalau kita kumpulkan akan jadi kumpulan olok-olok yang dasyat dan mengguncang sastra Indonesia.
Reaksi: |
6 Apr 2019
Salah Lirik
Setiap
kali menonton atau mendengar OST Adit
Sopo Jarwo yang ditonton anak saya, saya merasa aneh denga lirik lagu yang
terdengar. “Armand Maulana kok gitu banget ya nyari rimanya.” Suatu kali keluar
juga ucapan itu di depan istri.
“Kenapa
dengan liriknya?”
“Itu
bunyinya aneh. Ayo berani, jangan
berhenti kita baimimpi. Itu maksudnya bermimpi kan? Kok bunyinya kayak
baimimpi.”
Reaksi: |
29 Mar 2019
Kisah Penulis Muda (3)
5. Pada Sebuah petang
Syahdan, pada sebuah petang
yang cerah, seorang mahasiswa yang didera deadline skripsi mengunjungi seorang
cerpenis. Untuk mempermudah saja, kita sebut saja pemuda itu bernama Reddy dan
sang cerpenis kita panggil dengan nama Sunlie. Mereka sudah janjian sebelumnya.
Dua orang tampan akan bertemu. Senja
merunduk malu-malu. Reddy mahasiswa yang ketampanannya membuat ia demikian
betah di kampus, dan Sunlie berkat ketampanan pula bertahan sebagai penulis.
Tak usah diperdebatkan, orang kedua yang saya sebut, setidaknya merasa nyaman
jika ditulis demikian.
Reaksi: |
23 Mar 2019
Eswe & kicot: Festival
Eswe datang sambil
mendorong motor saat Kicot sedang duduk di teras rumah kontrakannya. Sore hampir
masuk, tapi karena langit mendung suasana masih berasa pagi saja. Segelas kopi masih
mengepul dan setumpuk buku di samping Kicot dan seplastik tembakau lintingan.
Eswe mengomel sambil memarkir
motornya di halaman yang sempit. “Uasyu, bensinku entek...”
“Lah bensin habis kok
malah didorong ke sini?” sambut Kicot yang sedang duduk di pojokan teras. Ia
sudah menduga jawaban Eswe.
“Pinjam duitmu dulu,
ya. Aku gak bawa dompet.” Eswe tersenyum, Kicot mesem. “Nanti aja. Aku ndak
buru-buru kok.”
Reaksi: |
16 Mar 2019
Berita dan Salah kaprah
Peristiwa berdarah yang terjadi di
Selandia Baru itu menjadi lebih personal buat saya, sepertinya juga keluarga
saya di kampung.
Sebelum saya bercerita, saya mengucapkan
turut berduka sedalam-dalamnya atas kasus penembakan di dua masjid kota
Christchurch, Selandia Baru, Jumat, 15 Maret 2019 kemarin. Pasca kejadian,
selain duka dan sesal, tersisa harapan-harapan akan kerukunan, toleransi,
kedamaian dunia. Teror, atas nama apa pun, dilakukan oleh siapa dan kelompok
apa pun, tetaplah sebuah teror.
Reaksi: |
17 Feb 2018
Kisah Penulis Muda (2)
3. Masnya penulis juga ya?
Sehabis
acara diskusi buku, Tamu Kita, sastrawan dari luar kota itu, diajak berkumpul
sama teman-teman mudanya. Mereka pindah obrolan ke warung kopi.
Sastrawan kita yang dari Jakarta ini
sangat antusias bercerita, bukan soal sastra, tentu saja. Tema-tema lain jauh
lebih asoy, mulai dari kopi, daging, hingga cara menggaet perempuan. Para
cerpenis dan penyair muda kita yang lain sibuk mendengarkan, mengomentari dan
memperdebatkan.
Lalu muncul seorang anak muda,
menghampiri kawan-kawannya yang ada di sana. Si anak muda itu tidak tahu kalau
Tamu Kita habis diskusi bukunya. Dia
juga gak kenal Tamu Kita ini siapa. Dia kebetulan mampir karena ada kawannya
yang menyuruh datang ke sini. Biasalah sesama penulis muda saling menjenguk,
saling berbagi bualan.
Reaksi: |
10 Feb 2018
Kisah Penulis Muda (1)
1. Percakapan Penyair Seasal
“Kamu
dari SMA mana?” Setelah agak lama saling berdiam diri, Bhea Gronjol bertanya.
“Oh, ya namamu siapa tadi.”
Gagah betul. Penuh percaya diri,
begini seharusnya penulis itu, Randhy Bangkin terkagum dalam hati.
“Randhy. Randhy Bangkin. SMA 2
Sungaikeras. Angkatan 2008.”
“Wah SMA 2 Sungaikeras. Aku pernah
tuh punya pacar juga di sana. Sekira tahun 2009.”
“Oh ya, siapa namanya?”
Reaksi: |
5 Feb 2018
Status FB
Jadi gini, para penulis kita seringkali tingkahnya memuakkan. Ambil saja contoh
seorang kawan penulis yang bisa diambil pelajaran. BTW, saya sudah diiblokir
orangnya.
Hal-hal buruk
dalam hidup kawan kita ini terdokumentasi
cukup dramatis di status-status facebooknya. Sebenarnya semua status
facebooknya bernada suram. Belakangan ini cukup intens keluh kesahnya hadir di
beranda. Resikonya tentu saja bisa dibaca, beberapa orang ada yang unfollow dan
tak sedikit pula yang memblokir. Masalahnya, di balik status dramatik
semangatnya untuk menampilkan diri sendiri tetap mencolok.
Ambil saja contoh secara acak dari 8 statusnya 2
hari belakangan. Dalam dua hari:
Reaksi: |
23 Jan 2018
Aku, Komunitas dan Sastra
Aku, Komunitas dan Sastra
Asalamualaikum w...w...
Kawan-kawan
dan para hadirin yang saya hormati,
Saya
berasal dari desa kecil di sebuah kabupaten tertinggal di pesisir bagian
selatan kota Padang. Dari kota provinsi
perjalanan naik turun bukit dengan pantai di bagian barat, gunung di bagian
timur. Jalan satu-satunya yang menghubungkan kabupaten kami dengan kota
provinsi di utara, Jambi dan Bengkulu di bagian selatan. Jalan kecil yang
membelah kampung kami disebut jalan Lintas Barat. Berlubang, sempit dan
diperbaiki menjelang lebaran. Di kilometer 120 dari jalur hampir sejauh 240 km
inilah saya tinggal. Rumah saya di pinggir jalan raya, menghadap pantai, sawah
dan pegunungan di bagian belakang.
Di tengah ruang demografis
semacam itu perhatian kami terhadap bacaan sangat terbatas. Aksesnya apalagi.
Koran ada, hanya di antar ke kantor-kantor pemerintah. Saya sudah menyukai buku
sejak kecil. Hari minggu, adalah hari pasar di kampung kami, saya selalu
berharap bisa ke pasar untuk membeli majalah. Satu-satunya gerai buku di dua
kecamatan di daerah kami. Saya pernah punya koleksi buku satu lemari kayu, yang
dikumpulkan sendiri yang menjadi referensi pula bagi teman-teman sekampung
saya, terutama remaja putri.
Reaksi: |