7 Des 2012

12-12-12



Ini bagian yang menjijikan, Pi mencoba memakan kotoran Richard Parker. Aku mual sungguhan ketika membaca bagian ini. Piscine yang terdampar bersama seekor harimau di Fasifik, terobsesi memakan apa saja. Tapi ini bagian yang sungguh menjijikkan:

"Kumasukan kembali kotoran itu ke dalam cangkir, dan kutambahkan sedikit air. Kututupi dan kubiarkan dulu sementara. Liurku menetes saat menunggu. Ketika sudah tak sabar lagi, kumasukkan bola keras itu ke dalam mulut. Aku tak bisa memakannya. Rasanya tajam, tapi bukan itu penyebabnya.."
Aku tak ingin melanjutkan halaman 208 itu. Aku takut anda juga jijik dan berlari ke kamar mandi. Saat itulah sebuah pesan singkat masuk, dari Ucup-Jusuf AN. "Apa yang akan kautulis malam ini jika sekiranya minggu depan--benar-benar--terjadi kiamat?" Kita-kira begitulah bahasanya.

Aku yang masih setengah mual, merasa malu dan tersindir, yang berbulan-bulan belakangan tak pernah menulis, menjawab sekenanya, yang ternyata sangat bertele-tele: "Tidak ada. Aku akan ketakutan menjelang hari itu tiba. Malamini aku mungkin sudah mati oleh kecemasan. Sesuatu yang buruk dan terduga datangnya, membuat orang sepertiku dihantui rasa bersalah. Mungkin itulah sebabnya, ajal menjadi demikian rahasia. Tuhan tak ingin yang sia-sia menjelang waktu yang sebenarnya tiba. Atau barangkali SMS untukmu inilah yang kutulis dan kukirim malam ini (begalai tulisan satu-satunya). Kiamat, ah, tidakkah semua yang tertulis akan lenyap juga?"

Saya kira Jusuf AN, si penyair, cerpenis dan novelis itu akan terkejut juga dengan reaksi saya. Mungkin dia cuma sedang ingin membuka percakapan dengan saya, yang nanti di bagian akhir dia akan bilang, "Kapan ke Wonosobo, Oom?" Atau bisa saja ini rentetan SMS yang dikirim ke banyak kawan-kawannya, sebagai pancingan, bahan dia menulis atau sekedar ditulis di status facebook. Bisa jadi ini SMS iseng dari seorang kawan yang puitis untuk mengucapkan selamat malam bukan? Tapi dia mengusikku malam ini dengan SMS yang mengejutkan, soal kiamat dan menulis. AKu tersudut. Sudah lama sekali aku tak menulis. Rindu sekali rasanya bisa kembali menulis. Seorang lelaki menjelang 30 tahun, belum menghasilkan tulisan yang baik yang sebentar lagi akan dilenyapkan oleh kiamat. Bayangkan, pertanyaan yang sungguh filosofis bukan? Apa kiranya yang akan kutulis jika seminggu lagi kiamat benar-benar tiba. Pertanyaan seorang penulis kepada temannya (yang dianggap juga) seorang penulis. tapi saya tak menulis. Jadi saya jadi demikian sensitif dan peka.

Lalu saya kembali membaca. SMS dia kembali masuk. Saya lupa detailnya, cuma yang dia bilang dan saya ingat, "Rasulullah menyuruh kita terus menanam pohon, bahkan jika kiamat itu datang.." Oh ya, kawan saya itu, si Jusuf AN, selain seorang penulis dia juga seorang yang bergulat dengan dunia dakwah. pasti ini sebuah nasehat untukku yang pemalas dan bergelimang dosa.

Dengan lebih santun dan takzim saya membalas: "Baiklah, aku mungkin akan menanam pohon saja: pohon harapan!

Saya lupa balasannya apa. Yang jelas tiba-tiba saya baru paham arah pembicaraannya: Kiamat 12-12-12. Aih, benar juga. Isu internasional soal kiamat tahun 2012. Bukankah tanggal 12 bulan 12 tahun 12 itu akan jatuh pada hari rabu besok? Hm... Aku agak merinding juga.

Saya menjadi sangat jujur dan terbuka: "Sebelum 121212 itu tiba, aku ingin menonton Life of Pi (3D pula), mengirim buku Arthur Rimbaud dan Rilke pada pemesannya (buku itu senin depan sudah selesai cetak), mentargetkan pembayaran utang, berharap bisa sholat, menonton The Master di RCTI, melihat satu episode Stand Up Comedy, menuntaskan buku Mo Yan... Kalau pun tidak jadi kiamat, sepertinya aku akan tetap melakukan itu."

Ustadz Jusuf An tak membalas. Mungkin dia jengkel, tidak peduli dan geleng-geleng kepala saja. Atau sudah tertidur dan barangkali sudah masuk dalam teks-teks yang dia tulis malam ini sebelum kiamat 2012 itu datang. Entahlah.

Yang jelas setelah itu saya merasa tak nyaman. Bukan soal percaya atau tidak percaya pada ramalan. Andai kata minggu depan bukan tanggal 12, bulan 12, tahun 2012 pun, ketika SMS itru masuk dan saya dalam kondisi seperti ini, galau, sendirian, kesepain dan merasa demikian terpukul oleh banyak sebab, saya pasti akan tergugah sekali dengan pertanyaan ini. Dengan seketika, kesadaran spritual saya bangkit tanpa sedikit pun melakukan apa-apa.

"Jika minggu depan kiamat, apa yang akan saya lakukan sejak malam ini?" Saya bertanya pada diri sendiri. Apakah sesederhana tadikah jawaban saya? Menonton, membaca dan seluruh aktivitas keduniawian semacam tadi? Jika kiamat datang, dan kita tahu persis waktunya, bukankah itu menakutkan sekali? Tapi dunia sedang sibuk dengan gejolak yang berbeda saat ini, politik International yang berdarah-darah, persoalan kemanusiaan di mana-mana, apa mereka, saat ini tidak berpikir juga bagaimana jika nanti pada rabu tanggal 12, bulan 12, tahun 2012 ketika alam sedang tenang-tenangnya, umat nasrani menyiapkan natal, belahan bumi utara putih oleh salju, matahari tumpah di katulistiwa kiamat itu datang dengan tenang?

Bayangkan ketika orang sibuk di kantor, debat politik di televisi, mahasiswa yang semalam begadang dengan tugas kuliah dan persiapan presentasi, bapak-ibu bekerja di sawah-ladang, nelayan sedang menarik ikan pancingan, facebooker sibuk update status, kiamat itu datang dengan cara yang ajaib. Entah seperti apa. Mungkin goncangan yang langsung tanpa ampun, mungkin maut yang lewat bersama angin, bisa saja berupa topan, badai, atau letusan gunung. Saya takut gempa, jadi tidak suka membayangkannya. Dan saya dari hari ini hanya melakukan kerja sederhana? Saya tahu, kiamat tak bisa dicegah, tapi tidakkah ada cara lain menghabiskan waktu dan membikin kesibukan mengusir cemas?
Apa yang akan saya lakukan jika kiamat benar-benar datang? Saya tak yakin kiamat itu datang minggu depan. Syaa tak percaya ramalan 121212 itu. Jadi saya tetap akan menonton The Master nanti malam, mengurus persiapan buku Rilke dan Rimbaud, menghubungi teman-teman yang sudah memesan, promo di FB, Twitter dan blog, mengirimkan paket pesanan. Itu saja? Sekiranya ia datang dan saya mengetahuinya? Ah ya, saya akan mengirimkan boneka barbie, majalah barbie, pensil warna greenbel, cat air dan kuasnya, buku mewarnai, celengan yang ada kuncinya untuk ponakan saya di kampung. Vikra, ponakan saya nomor dua memesan itu sudah cukup lama. Saya akan menelepon amak-abak, bertanya kabar, tanpa sekali pun bicara kiamat pada mereka. Saya juga akan berdoa pada Tuhan, memohon ampun untuk diri saya, keluarga saya, orang-orang terdekat saya, orang yang saya kenal, orang yang saya kenal. Selebihnya saya mungkin dihadapkan pada kecemasan.

Memikirkan itu semua saja jadi mengantuk. Minggu depan, kiamat atau tidak, saya tahu atau tidak, satu-satunya yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah tidur. Saya masih punya waktu menyelesaikan Life Of Pi, dan semoga bisa menontonnya.

Yogyakarta, 07122012

1 komentar:

susy ayu mengatakan...

Life of pi....

Salam
Susy ayu