8 Nov 2007

Sajak Saja

Kepada Perempuan Sukma

kita pernah meninggalkan dan ditinggalkan
suatu ketika, di mana tahun pecah dan
orang-orang merayakan rasa lapar
dengan bualan-bualan kosong. kita tersesat di antara
keributan yang sengaja diciptakan.


kita merasa tak pernah kehilangan apa pun.
padahal dadaku sesak dan suaramu serak
memanggil kampung leluhur.

kita dipertemukan debu tebal
dan semacam ancaman. keberangkatan
juga kepulangan.

kurasa,
kerinduanku telah tumpah padamu
segala rahasia telah kau bisikan padaku.

di langit ini, sayangku –di antara warna-warna
yang tak sepenuhnya bisa kuhapal–
hujan tak turun, sementara di luar
orang-orang merayakan kemelaratan dan
kehilangan dengan gegas yang tanggung.
di bawah bulan yang sesat jalan dan
langit sepenuh hitam, kau melihat
tubuhku berkeringat oleh rasa dingin
yang kau tiupkan ke mulutku.

kita terlalu capek mengulang banyak
kejadian, sementara waktu menyerbu
runtuhan gedung dan nasib malang.
kecupanmu yang ringan membuatku
selalu butuh dan takut kehilangan.

barangkali memang, selalu ada yang selesai
tapi tidak untuk main-main kita
yang terlalu celaka dan durhaka.

kita pernah meninggalkan dan ditinggalkan
suatu waktu, orang-orang sibuk
mengatur jadwal dan rencana-rencana nakal
kita mempersiapkan pesta kecil kehilangan.

barangkali, kita akan sampai pada
titik yang paling muskil. dan cinta
tak perlu lagi dibincangkan.

di luar dingin dan kita
terbiasa sendirian.
yogyakarta, mei 2007

Tidak ada komentar: