16 Jun 2013

(Lagi) Soal Kenangan


Pemandangan di Jalan Bimo Kurdo di Selatan kos-kosan, diambil sekitar Februari/maret 2013

Saya tidak bisa menjelaskan, rasa seperti apa yang mengikatku pada ruang kecil berukuran 3x4 meter yang saya tinggali selama lebih dari 5 tahun terakhir ini. Aku masih sering merindukannya dan selalu merasa ingin pulang ke kamar kos ini.
            Waktu itu saya memilih salah satu kamar di rumah kecil yang hanya berisi 5 kamar ini dengan dua alasan; pertama karena buru-buru; kedua karena dekat dengan kampus tempat saya kuliah. Saat itu rumah yang saya kontrak bersama teman-teman sudah habis masa kontraknya. Teman-teman sudah sejak awal mencari tempat tinggal baru dan saling terpisah satu sama lain. Minggu-minggu terakhir mereka sudah menempati kos baru mereka. Saya masih bertahan sampai malam terakhir di kontrakan yang terletak di tepi sungai Gajah Wong yang berseberangan dengan musium Affandi. Sampai malam terakhir, saya hanya mengemasi barang-barang.

            Dua hari sebelum masa habis kontrak berlaku saya memaksa Kiting untuk tinggal bersama dia di sebuah kamar kecil di Jalan Bimo Kurdo no 8 Sapen. Rumah dengan lima kamar itu di tempati oleh Fuad teman satu kelas saya dan Kiting. Barang-barang Kiting sudah diangkut ke sana, dan beberapa kali tidur di kos baru tersebut. Saya tetap memilih ada di kontrakan yang kami sewa setahun terakhir. Saya enggan meninggalkan tempat tersebut. Banyak kenangan baik dan buruk yang tidak pernah bisa saya masukkan ke dalam kardus untuk diangkut atau bisa jadi mesti dihanyutkan di sungai Gajah Wong. Kenangan tak pernah mampu di bungkus, tak pernah mampu diangkut, tak pernah bisa ditinggalkan. Ia mesti ditanggung seumur hidup sebagai pengalaman yang menyenangkan atau justru membuatmu terpuruk dalam tekanan kepedihan dan penyesalan. Saya menanggung keduanya.
            Itu penghujung tahun 2007, ketika hujan masih turun tepat waktu. Kini di musim yang semakin tidak mengenal cuaca itu saya kembali meninggalkan yang lama ketika mendapatkan yang baru. Tapi rasanya yang lama memang tak tergantikan karena yang baru masihlah sedang berjalan.
            Saya tidak mau terus-terusan kehilangan dan meninggalkan. Saya ingin ada di satu tempat saja kelak di kemudian hari.
            Lima tahun lebih saya tinggal di Sapen, sejak saya mulai kuliah dengan teratur sampai saya menjadi mantan mahasiswa yang payah hari ini. Banyak orang sudah berpindah dari satu kamar ke kamar lain, tapi saya masih saja ada di sini. Barangkali saya adalah orang yang terlalu pasif, menerima segala hal dengan begitu saja dan melewatinya dengan biasa. Saya betah dengan kamar ini tanpa alasan apa-apa. Tapi selalu saja ada hal lain yang tak bisa kita hindari: meninggalkan.
            Hingga hari ini sesekali dan kapan pun saya memang masih bisa mengunjungi kamar ini, melongok kenangan yang menempel di sana, tapi sebentar lagi kami akan jadi saling asing. Saya akan melewati jalan ini barangkali dengan sedikit debar saja atau makin biasa, bisa jadi saya menyesali mengapa begitu lama ada di sini. Atau menyesal kenapa saya harus pergi dan membiarkan semuanya berantakan. Saya, dan sebenarnya semua orang, nyaris tak pernah tahu apa yang akan terjadi jauh ke depan.
            Tapi saya masih di sini. Masuk di kamar ini. Mencium sisa lasa lalu yang telah berubah apak. Tak ada lagi yang fisik bersisa, kecuali sampah dan kenangan itu. Ada banyak yang pernah datang, yang pernah ikut tidur. Kamar ini mempertemukan beberapa orang dan barangkali pula memisahkan beberapa orang. Kamar ini ada ruang singgah dan saya merasa betah ada di sana.
               Di kamar yang tak begitu luas itu saya mendapatkan banyak hal, dan juga kehilangan banyak hal. Tempat saya merasa pulang, tidur, bermimpi, kelaparan. Tempat kami bertemu, berpelukan, menangis, dan merasakan kebahagian-kebahagiaan kecil. kamar yang menampung diriku dan ambisi-ambisi yang mulai karam, buku, kucing, arsib, kenangan, kawan, dan berjuta hal lain yang bahkan saya tak bisa mengingatnya dengan serentak.
            Nanti saya tak akan pernah bisa seleluasa sekarang ini. Ia akan menjadi bukan hak saya, hanya sekedar menyebut ke satu-dua kawan: dulu, di sini saya tinggal. Buat saya yang baru memang menantang, tapi tak selalu menakjubkan. Yang lama selalu tak bisa digantikan!
Dibaris-baris terakhir tadi saya tak lagi sekedar bicara soal kamar, melainkan juga hati! Saya di sini sekarang, dan mengenang!

Sapen, Minggu 16/06/2012

2 komentar:

sayamaya mengatakan...

aku suka tulisan ini. mengena.
eniwei, mgk kita memang hrs kembali serius menulis.

An Ismanto mengatakan...

kamarmu memang menyimpan berjuta kenangan, koto. bukan kamu saja yang sedih. aku juga sedih. kamu tahu sendiri, kan? :) kenanganku di rumah itu sungguh sulit untuk dilupakan, tapi memang ada yang harus ditinggalkan.