Amigos, nama
kucing persia berbulu tebal yang saya pelihara 8 bulan belakangan. Jumat, 19 Agustus kemarin
dia hilang untuk kedua kalinya, dan kurasa ia tak akan kembali pulang.
Sebelumnya dia pernah hilang di bulan april lalu, dan “nyasar” ke rumah
tetangga belakang kosku, nyaris selama seminggu. Selama itu pula ia pastinya
kurang makan, terkurung dan ketika kembali ke rumah dia tampak begitu stres,
terpukul dan ketakutan.
Tetangga kami
“menyelamatkan” kucing itu dan nyaris mau berpindah tangan jika saja saya tak
jadi menempel pamflet di beberapa tempat di sekitar kampung saya tinggal.
Untunglah, tetangga saya yang lain memberitahukan kalau kucing kami ada di
rumah tetangga kami yang itu. Saya lega, Amigos, kucing persia saya yang
berbulu tebal telah kembali ke rumah. Saya akan menjaganya lebih baik, itu janji
saya ketika itu.
Ia tampak lebih
kurus, bulunya gimbal-gimbal, garis matanya terlihat jelas dengan kotoran yang
bertebaran di wajahnya. Ia nyaris tak mengenali saya dan sensitif pada apa pun.
“Kami memandikannya, memberinya makan dan minum susu. Setiap hari kami lepas di
ruangan tengah,” jelas tetangga saya itu.
Saya harus
menjaganya seharian, karena dia menjadi demikian liar, mencari celah untuk
lari. Dia mulai pipis di tiap tempat. Sejak itu pula dia menjadi begitu egois,
pipis di setiap tempat, seolah ingin memberi garis batas pada apa dan siapa
pun. saya membiarkannya sebagai bentuk permakluman. Dia telah kembali, pikir
saya ketika itu.
Saya menyayangi
Amigos kucing Persia berbulu tebal itu. saya rasa dia juga menyayangi saya.
Kami lebih banyak berinteraksi dengan gaya manusia. Teman dekatnya hanya saya
satu-satunya. Kata pacar saya, Amigos tampaknya mengagumi saya sedemikian
hebat, karena mengikuti gaya hidup saya yang tidak sehat. Teman-teman saya yang
lain mengatakan Amigos saudara kembar saya: pemalas dan suka tidur. Saya hanya
ketawa, kurasa Amigos juga demikian.
Amigos mungkin
melihat hidup kami seperti kompetisi. Kami sama-sama tidur ketika azan subuh
berkumandang. Sebelumnya saya duduk di depan komputer dia sibuk keluar masuk
kamar. Kami akan bangun nyaris di waktu yang bersamaan, sore hari. Saya ke
kamar mandi, cuci muka, jika sedang baik tentu saja langsung mandi, amigos
segera ke tempat minum. Selama saya di kamar mandi, Amigos Kucing Persia
berbulu tebal saya itu akan menunggu di depan pintu. Saya keluar dia melompat
ke kotak makan. Saya pun demikian setelahnya.
Dia punya
beberapa tempat tidur spesial untuk jangka waktu tertentu. Pertama, tempat
istirahat yang cukup santai adalah di tumpukan koran rak buku saya. Dia akan
tidur di sana sepanjang saya da di kamar dan bekerja di depan komputer. Tempat
tidurnya yang kedua adalah kardus buku di atas rak buku. Padahal kalau saja Amigos,
kucing persia berbulu tebal, itu tahu kardus tersebut berisi buku sepupu saya
yang bicara soal konsep-konsep negara islam, habis si Amigos dilaknat khilafah.
Tapi sepupu saya memakluminya, mungkin khilafah juga. Dia akan tidur di sana
jika ingin aman dari serangan apa pun. ketika saya lagi banyak tamu di siang
hari misalnya, Sementara dia ingin istirahat tanpa mau disentuh. Dan paling
sering adalah ketika saya meninggalkan kamar dan Amigos ada di sana. Ketika
pulang, pastilah dia sedang mengintip saya dari balik kardus yang sudha reyot
dan penuh bulu-bulunya itu.
Tempat tidur
ketiganya adalah di lantai di samping kasur saya. Persis di sampaing saya. Dia
akan berbaring di sana ketika subuh, ketika saya sedang dan akan istirahat.
Aih, seperti seorang kekasih ia menunggu saya di sini ranjang. Tetapi untunglah
Amigos kucing lelaki. Temannya teman saya yang punya laundry pernah bilang
begini: “Temanmu itu pelihara anjing ya? Kok banyak bulu di seprey?”
Tak sekali pun
Amigos kucing persia berbulu tebal saya ini berniat naik ke kasur.
Terakhir ini,
sebelum hilang dia punya tempat tidur yang sudah lama diincar-incarnya. Di atas
kursi biru yang saya gunakan untuk duduk kalau menulis. Karena kabarnya sayang
sedang berencana merampungkan skripsi, komputer saya turunkan dari meja dan
saya taoh di meja kecil, agar kutip mengutip berjalan aman. Saya kembali duduk
di lantai, Amigos memiliki tempat kekuasaan baru.
Amigos seperti
tak rela kursi itu dipakai. Kalau dia sedang di luar kamar dan kebetulan saya
duduk di kursi itu ia menatap saya dari pintu kamar. Begitu saya bergerak
sedikit saja dari kursi itu, ia berlari sekuat tenaga dan hap… kucing Persia
berbulu tebal itu bertengger manis di atas kursi. Pura-pura tidur tentu saja.
Amigos sedang
birahi. Padahal, pacar saya bilang dia baru saja punya anak. Empat orang.
Setelah hilang di bulan april saya bawa dia ke rumah pacar saya. Di sana banyak
kucing perempuan, meskipun masih famili sama Amigos. Tapi pacar saya punya
kucing lain. Persia juga meski tidak berbulu lebat. Amigos kawin dengan kucing
itu, saya belum berani melihat anak-anak Amigos hingga hari ini. Saya tahu, Amigos
meninggalkan anak sebelum pergi, dan meninggalkan sisa pipis di setiap sudut
rumah.
Hari terakhir ia
di rumah itulah anaknya lahir. Saya bisikkan kepadanya, “Selamat Amigos, kau
telah jadi ayah.” Sebagaimana seekor kucing, ia tak pernah merespon kata-kata
saya itu. setidaknya saya telah mengatakan kepadanya sebelum dia hilang.
Saya mengenang
hari terakhir itu dengan baik. Kami saya-sama terbangun menjelang buka puasa.
Kami melakukan rutinitas yang biasa. Yang tak biasa adalah saya keluar dengan
motor, berencana ke kantor pos. dasar Amigos, kucing persia berbulu tebal itu
tak mau ditinggalkan, ia melompat dan lari ke rumah tetangga saya.
Saya lupa
mengatakan kalau Amigos suka bermain di rumah tetangga saya. Di rumah yang
hancur karena gempa atau kebakaran setelahnya ada banyak coro dan tikus. Ada
banyak rumput yang bisa dipilih Amigos untuk obat herbal. Biasanya ia akan
pulang setelah satu sampai dua jam. Tetangga saya itu juga tak pernah
mempersoalkannya.
Saya pergi ke
kantor pos, sementara Amigos memperhatikan saya dari balik pagar rumah
tetangga. Kami bertatapan untuk yang terakhir. Sungguh, saya tak memiliki
firasat apa pun saat itu.
Saya merindukan
Amigos, kucing persia saya yang berbulu tebal itu. Selalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar