9 Mar 2011

Ke Langgai ke Asal Leluhur

November tahun 2010, beruntung sekali rasanya aku bersama kawan-kawan yang baik, yang punya perhatian besar pada kampung leluhur, kawan-kawan yang ingin mendokumentasikan hal-hal yang nyaris terabaikan bisa berkunjung ke Langgai, sebuah kampung di hulu Kenagarian Surantih. Sebagai desa paling ujung ia berjarak lebih kurang 40 kilometer dari Pasar Surantih, ibukota kecamatan Sutera, pesisir selatan Sumatera Barat. Kampung di sepanjang daerah itu mengikuti alur sungai Batang Surantih.

Akses sangat terbatas, jalanan sempit, rusak, batu, lumpur dan tanah liat. Sangat mencemaskan. Sebagai kampung yang paling ujung, mereka punya potensi besar untuk sektor pertanian. Sebuah sajak, tak cukup kuat untuk menggambarkan apa yang aku (dan mungkin kami) rasakan. Ia jauh lebih perih dan 'merenggas' dari yang tertangkap mata kami. Terima kasih Angga Yusya Putra, Wal Ependri, Satria Ahmadi, Anton, Imin, dan Elek yang menyertai perjalanan ini.  Lain waktu kita mungkin akan berkunjung ke kampung yang lain, kawan.


Ke Langgai ke Asal Leluhur

kami meluncur
ke langgai, ke asal leluhur
mengendarai nasib masing-masing.

jalan berbatu, lumpur dan bukit terjal
seperti silsilah yang sukar diurai
            satu demi satu.

dari keriuhan kami datang
ke kampung lengang kami pulang.

kami menuju
langgai, ke hulu asal leluhur
rumah-rumah merenggas, memencilkan diri
dengan penghuni
hutan dan orang kampung
digasak sepanjang siang, sepanjang petang.

berapa harga sekilo nilam dan daun gambir?

di kampung hulu
masa depan terpancang
pada antena parabola dan seragam sekolah

kami menuju langgai
seperti perantau asing
yang gampang terpesona dengan asal sendiri.

2010


Berikut beberapa gambar yang menyertai:

Tidak ada komentar: