4 Feb 2011

Film yang kutonton (Januari)

1. Inception (2010)


 Pemain: Leonardo di Caprio
Cerita tentang dunia mimpi. Polanya hampir sama dengan Sutter Island (2010) yang juga dimainkan Leonardo di Caprio. Bagus, bagus, saya suka. Lagi-lagi pelem ini mengajak kita untuk mempertanyakan yang mana sih mimpi, yang mana sih yang nyata. Sederhananya saya yang bloon ini berpikir, “wah mimpi aja sudah tidak lagi privasi nih. Gawat.” Wah ini seperti bicara apa itu postmodern, posrealitas, pos-pos gitulah kira-kira.
Polanya kek Matriklah, yang jelas-jelas membawah nama filsuf ke dalam pelemnya. Pelem ini keknya juga begitu deh, Cuma saya kan bego dan tidka paham apa-apa, jadi Cuma ngira-ngira doing. Ada yang mau beri penjelasan gak ya?

Aku kasih empat jempol deh buat pelem ini, sebab masuk ke mimpi yang berlapis itu loh.




2. How You Train The Dragon (2010)
Film kartun tentang suku Viking yang berperang melawan naga. Persahabatan Hiccup dengan sang naga. Film anak-anak ini benar-benar menghidupkan citraan a ala holiwood yang semena2 dengan logika cerita. Kenapa demikian? Lihat aja, dnegan enteng semua tokoh anak-anak di bagian akhir cerita dengan enteng bisa mengendarai naga dan ikut berperang melawan naga raksasa yang selama ini Cuma bergelelung doang.
            Saya ngeri melihat ending pelem ini, di mana naga berkumpul dnegan suku Viking dan menajdi hewaln piaraan. Ih, gimana kalo mereka ngamuk ya?
            Tiga jempol aja deh buat pelem ini.

3. Serigala terakhir

Hari menonton: Ahad, 2 Januari 2011, jam 23.00
Film Indonesia yang ditulis dan disutradarai Upi tentang persahabatan lima orang kawan. Polanya tak tauh berbeda dengan Mengejar Matahari. Mengenai alur dan struktur ini, seola-ola orang kita masih belum bisa lepas dari pola-pola klasik mengenai latar dan situasi sosial. Film ini sebenarnya hampir mampu menawarkan sesuatu yang baru, misalnya meskipun nyaris sepanjang satu jam pertama hanya ada adegan gebuk2an, ia sebenarnya sedang berbicara mengenai reaita sekaligus kritik atas masyarakat kelas bawah yang suka berkelahi. Pola ini seperti Mendadak Dangdut yang menjastifikasi dangdut dan kelas sosial tertentu. Namun, sekali lagi, film ini nyaris mampu menawarkan sesuatu yang berbeda. Begitu juga dnegan ending, pola yang terus berlanjut, latar sosial dan sebagainya. Jika saja Upi mampu untuk lebih tidak berpihak kepada tokoh tertentu dan tidak membiarkan kesapahaman tokoh2nya yang tanpa alas an (misalnya tentang mengapa kawan-kawan si tokoh tidak menengok ketioka dia masuk penjara, misalnya. Atau dua tokoh utama lagi yang tidak ketahuan asal usulnya serta tokoh si bisu yang berubah demikian drastis dan sadis).
Untuk menggambarkan rangkaian kriminalitas okelah, meski kadang terkesan menjadi pelem-pelem laga, tapi saya yakin bukan begitu maksud mbak Upi kali ya. Dan okelah, okelah. Sayajadi ikut-ikutan jengkel ketika satu demi satu tokoh mampus dan keluarga menjadi korban kedua tokoh utama saling mencurigai satu sama lain. Bahkan sampai keduanya mati pun. Dua jempollah, eh aku kasih tiga ding.  


4. The Last Airbender (2010)

Ditonton, 3 Januari 2011
Film ini secara umum menawarkan sensasi fisual yang memang sangat bagus. Film yang berangkat dari animasi Avatar produksi Niclodeon dan ditayangkan berseri ini membuat penonton awam semacam saya sangat bingung dengan luasnya konsep film. Film ini seperti hanya menghibur mereka yang memang mengikuti rangkaian serial Avatar saja dans engaja dibuat dengan pola berantai. Dengan demikian, saya mengira akan ada lanjutan dari seri ini.
Hanya sensasi visual dan kerumitan kisah yang seperti dipadatkan dalams ebuah tontonan berdurasi satu jam 37 menit ini. Salah satu pemain yang saya kenal ya Dev Patal (bener gak nih namanya) yang hueboh gara2 dia jadi tokoh slumdog dulu itu.
Aduh sebenarnya gue gak tega buat ngasih dua jempol buat pelem ini. Tapi itu juga karena gue menghargai visualnya yang lumayan keren. Rasanya kalau ingat betapa dia tidak menghargai saya dan mungkin orang-orang yang nonton ini dan tidak nonton Avatar rasanya-rasanya jempol gw mau ditarik lagi deh. Tapi tak apalah. Gw murah hati, jadi dua jempol cukuplah.

5. Jamila dan sang Presiden (2009) 


Ditonton, 6 Januari 2011
Jamila telah membunuh mentri Nurdin, peristiwa besar ini berbaur-baur dengan isu utama yang sesungguhnya ingin diangkat: human trafiking (benar gak sih tulisannya), terutama perempuan dan anak-anak.Digambarkan Jamila dengan karakternya yang aneh dan unik telah membunuh mentri Nurdin (duh mentri apa dia ya?) dan dia menyerahkan dirinya ke penjara, menolak pengacara dan siap dihukum mati. Dibagian akhir cerita hampir keseluruhan gambaran Jamilah menjadi sosok yang ‘takut’ kepada Tuhan.
Saya agak pusing dengan bahasa film ini yang terlalu rumit dan berbelit. Agak-agak puitis, ngono loh. Sementara alurnya, tokoh-tokohnya yang lain tetap saja realis. Aduh, setiap orang yang gerhadapand engan tokoh Jamilah menjadi cerdas dan pintar berfilsafat semua deh. Film ini ditutup dengan perjalanan jamila ke tempat eksekusi. Film ditutup dengan suara dhus! Bunyi suara tembakan.
Isu yang diangkat di film ini sangt menarik, yakni tentang perdagangan perempuan dan anak-anak tadi. Cuma ada beberapa gambaran yang terlalu detail sehingga beberapa peristiwa penting menjadi tidak tergarap. Mislanya saja, bagaimana amila bisa bekerja di sebuah LSM, di mana sebenarnya mentri Nurdin ditembak, lalu apa sebenarnya yang terjadi pada Fatimah, adik Jamila. Bagaimana dia jadi pelacur sebelum akhirnya mati? Dia dijual siapa lagi sih? Masih bapaknya ya? Dan yang lebih mengerikan lagi dan tidak saya duga sebelumnya adalah, kematian mentri Nurdin bukanlah (atau saya yang alpa) terkait dengan perdagangan perempuan dan alas an Jamila ke Kalimantan untuk mengusut kasus itu, melainkan urusan TEMPIK. Bagaimana lagi.
Barangkali saja film ini mungkin bukn kosumsi bagi saya yang tolol dan bego sehingga tak paham apa sebenarnya yang ditawarkan di pelem ini. Mungkin saya maunya di detail-detailkan, karena bagi saya yang bodoh dan tolol ini makin lama makin menjauh dengan substansi ide utama. Kehidupan di penjara yang tak tergarap sempurna, Ibu Ria si kepala rutan dengan persoalan pribadinya, Ibrahim yang entah kenapa muncul sebagai pahlawan (gw geli banget mendengar dialog waktu mereka lagi berjoget-joget di bagian-bagian awal film) dan entah kenapa pula Jamilah (pakai ‘H’ kayaknya ya?) menyerahkan diri ke polisi. Belum lagi tuh lipsing penyanyi pinggir jalan menyanyikan lagu Inul, kaku banget, tapi setingnya sudah keren lo kalau dari dekat.
Gimana ya, untuk menonton dua kali kayaknya agak ogah saya, mungkin nantilah,s etelah sebulan dua bulanan lagi. Atiqa mainnya dalam beberapa bagian sangat total meski sangat dikontrol scenario atau sutradara ya. Pokoknya gitu deh. Gini deh, ide ceritanya sangat bagus, cuma penggarapannya yang mungkin masih kurang maksimal bagi penonton blo-on semacam saya ini. Lalu Sang Presiden? Lalu apa maksud narasi yang berkali-kali diucapkan ini? “Saya sudah lama jadi pelacur, bahkan sejak dalam kandungan.”
Fyuh.. cerewet sekali saya rasanya.
            Pelem ditutup dengan lagu ini. Iramanya rada-rada melo getu sih:
Jejak kecil menjauh berlari…
Seakan tiada ujung kan tergapai..
Kereta api yang datang menjeput
Tinggalkan rumah yang semakin jauh

Lelah rasanya melihat
Kuberdiri dan mereka duduk di sofa
Dalam hatiku merajuk basi
Dan tangis yang tak kian henti

Hm,mm…… hmmm…

Bacakan aku cerita cinta
Untuk mengenang yang kupunya
Bacakan aku cerita cinta
Untuk melihat adikku di surga.
           
Gw kasih dua jempol deh buat pilem yang naskah dan sutradaranya digarap mertua gue Mama Ratna. Hehehe….

6. Despicable Me (2010

Tanggal menonton: sabtu 8 januari 2011
            Penjahat Gru ingin mencuri bulan untuk menjadi penjahat paling keren abad ini. Sayangnya dia mengabaikan Victor yang ternyata telah mencuri Piramida duluan. Secaratidak langsung terjadilah persaingan di antara mereka siapa. Gru mencuri senjata pengecil yang kemudian diambil lagi oleh Victor.
            Dalam ketegangan ini, hadirlah Margo, Edith, agnes, tiga bocah yatim piatu tinggal dip anti asuhan yang dikelolah oleh Miss hatie. Setiap hari bocah yang suka menari ini disuruh berjualan cookies. Oleh Gru, itu merupakan kesempatan untuk bisa mengambil mesin pengecil dari persembunyian Vector (Victor). Lalu ia mengadobsi tiga bocah tersebut. Dan muncullah hal-hal baru dirumah tersebut. Rebut dan membuat Grui kerepotan. Ia sebenarnya tidak suka anak kecil. Ibunya mengabaikannya ejak ia masih kecil dan tidak memperdulikan semua penemuan-penemuannya untuk ambisi hebatnya: ke bulan.
            Dan mesin itu dicuri. Tapi kehidupan tak sama lagi. Gru mulai mengabaikan pekerjaan rahasianya di bawah tanah bersama dr Nefario serta The Minion, makhluk kecil-kuning yang membantyu pekerjaannya untuk menjadi penjahat besar. Kisah-kisah manis berjalanlah. Dan layaknya film holiwood kebanyakan, fiol kartun ini juga mengalaminya. Anak-anak dijemput, Gru mengecilkan bulan, anak-anak pentas menari tanpa kehadirannya. Dan dramatis, Vector telah menculik anak-anak dan meminta bulan sebagai imbalan.
            Vector yang merupakan anak dari bos Bank Evil yang menolak pemberian pinjaman kepada Gru kena akibat dari ketidakjujurannya. Bulan membesar dan dia terdampar di sana. Dan seperti biasa, sebuah dongeng sebelum tidur, lewat tarian dari anak-anak kisah ini ditutup. Mereka berempat menatap bulan di ketinggian. Entah apa yang akan dilakukan Grus etelah itu dnegan anak-anak, laboratorium dan the miniumnya tersebut. Tak perlu penjelasan lagi, sebab film ini bukan untuk semua itu, melainkan ketulusan anak-anak telah mampu mencairkan hati seorang penjahat besar dengan teknologi modern itu. Sudah.
            Dan aku kasih jempol tiga untuk pelem ini. Demikian.

Tidak ada komentar: