14 Feb 2011

Film yang Kutonton (Februari-1)

Catatan: Takut kepanjangan tulisannya ntar jadi aku posting dulu pilem (sekarang bukan pelem lagi) yang kutunton awal-awal bulan ini.
1. The Tourist (2010)
Ditonton, senin 7 februari 2011

            Setelah berulang-ulang kupikir, semoga dugaanku tidak terlalu salah, Hollywood dengan film-filmnya yang mewah dan gagah tak jauh beda dengan film-film Bollywood yang penuh kejutan dan dramatisasi di mana-mana. Dan seringkali saya merasa ditipu dengan permukaan yang wah. Sekarang pun, ketika saya menonton The Tourist, saya menemukan kesan itu lagi. Fokus cerita yang pada akhirnya jadi sangat murahan tapi penuh sensasi atau sekedar menampilkan sensasi murahan, kali ya? Saya dibuat deg-degan sejak awal kisah, Elise Clifton-Ward, Angelina Jolie tokoh utama kita yang konon seksi itu, diawasi ketat polisi. Saya disuguhkan kemewahan Paris, perjalanan kereta menulu Itali, hotel mewah dan kehidupan kaum jetset dan dunia gengster. 


            Fokus pilem (pilem lebih gue banget ketimbang pelem) ini ternyata mengarah ke satu tokoh sentral: Alexander Pierre. Ia seperti Godot, dicari tidak hanya oleh polisi tapi sekaligus juga oleh seorang penjahat, Reginald Show, seorang bangkir, bos judi dan pembunuh bertangan dingin. Namun tak ada yang mengenal wajah Pierre yang sekarang. Siapa sebenarnya Alexander Pierre sehingga sebegitu besarnya dana yang digulirkan untuk proyek penangkapan dia, ditugaskan seseorang menyamar untuk mendekati dia dan Mr Show mesti terlibat dengan kasus ini? Tak terlalu banyak yang bisa kita tangkap lewat narasi sepenggal-sepenggal oleh tokoh-tokoh yang kesemuanya patut kita curigai. Kabarnya, Pierre bos judi dan berhutang besar pada Mr Show, ia telah bikin kekacauan dibanyak negara. Fyuuh… Rumit, dunia sekarang sangat pintar menipu penonton. Kayaknya semakin berputar-putar itu kisah, semakin kerenlah dia.
            Sejak awal, Si Elise diawasi betul oleh polisi. Dia dimata-matai. Ini sudah cukup membuat saya dan seluruh penonton, dan inilah yang menjadi target pilem ini, menjadi gemas dan penasaran. Dia menerima surat dari Pierre (inilah pertama kali namanya disebut) yang meminta Elise melakukan perjalanan ke Itali dengan kereta dan memintanya duduk di samping seseorang yang mirip Pierre. Surat tersebut mesti dibakar. Polisi sibuk dan kalang kabut. Kecanggihan teknologi dipertontonkan. Penonton makin gemas. Laki-laki yang mirip dia adalah Frank Tupelo. Hmm.. meski pun doi sudah cukup manis menjadi seorang turis, tetap saja karakter perompak Karibia gak bisa ilang dari wajah Johnny Depp.
            Kisah makin rumit dan berbelit dan dramatisasi ala Bollywood itu muncul. Di sinilah saya punya pikiran seperti diawal kalimat tadi. Terlalu banyak logika-logika pilem barat yang begitu. Selama ini saya dengan tolol bilang, ah orang barat kan memang begitu, ah di baratkan memang harus begitu dan alasan-alasan lainnya. Sekarang aku gak kuat… gak kuaatttt…
            Susah deh. Bener-benar susah saya menceritakan pilem ini kalau dari A sampai Z. awalnya kita diminta berpikir dengan sudut pandang Frank yang merasa aneh dengan dunia barunya. Doi kabarnya dosen matematika di Amerika sana yang istrinya meninggal karena kecelakaan. Tak Cuma dia yang ngomong, tapi kepolisian pusat (atau intelijen ya?) di Inggris sana juga bilang begitu kepada penonton. Nah. Kita adalah turis dari pilem ini yang hanya disuguhkan hal-hal mencengangkan, mulai dari tempat, glamournya Eropa modern namun klasik hingga jalan cerita yang dibuka sepotong-sepotong.
            Frank, sedari awal adalah seorang Amerika lugu dan tak berdosa, secara mengejutkan terlibat dalam kasus ini. Kepolisian percaya, ia bukanlah Godot, eh Pierre, meskipun awalnya ia seperti yang lain selalu dicurigai. Polisi kabarnya tak punya foto wajah Pierre setahun terakhir karena si Elise begitu pintar menyembunyikan.
            Apa maksudnya ini?
Sangat pintar mereka mempermainkan logika kita. Mereka berakting bukan untuk jalan cerita, tetapi semata-mata untuk mengibuli pembaca hingga.. TARAAA… ‘kena lu.”
            Tadi sampai di Itali ya? Nah si Elise mengajak Frank nginap di hotel “mereka” Elise dan Pierre). Dia menyebut bahwa Frank adalah suaminya. Si Amerika ‘goblok’ dan terpesona ini nginap bareng. Mereka ciuman di depan jendela, menghadap sungai dan juru foto yang diam-diam menguntit mereka mengambil gambar dan menyebarkannya.
            Lha dengan gampangnya anak buah Mr Show menemukan dia dan hendak membunuhnya. Kejar-kejaranlah mereka di atas atap dan bagi penonton bodoh seperti saya tentu gagah sekali kejar-kejaran dengan latar kota dan kanal-kanalnya. Kota yang seumur hidup tak mungkin saya datangi. Kisah mulai semakin membingungkan. Frank ditangkap karena melompat dari gedung, polisi tak percaya dengan alasan dia, kemudian dipenjara trus ‘diamankan’ malam-malam karena, konon, semakin banyak yang memburu dia karena dugaan bahwa Pierre itu dirinya dank arena dia bersama Elise.
             Kisah tambah rumit. Dia ‘dijual’ ke anak buah Mr Show. Elise yang seksi datang dengan boatnya dan dalam waktu yang sangat tipis dia berhasil menyeret boat Frank. Kejar-kejaran, tembak-tembakan, tentu seru dan mendebarkan, tentu pula adegan yang sangat tidak saya sukai. Tokoh utama selamat dong. Bahkan tanpa gores seupil pun. Mr Show jadi seperti Tuan Takur saja lama-lama.
            Paginya, Elise membawa Frank ke bandara. Disuruh balik tuh dia ke negaranya. Eh, si Frank cinlok sama Elise, dia ngotot gak mau balik. Makin noraklah pilem ini. semakin kaburlah narasi besar cerita yang (gilaa… ) ternyata balik lagi ke soal cinta. C-I-N-T-A. Aku berpikir, ternyata kehidupan kelas atas itu selain berusaha menjaga citra, serta kaku ternyata mereka ngawur dan norak juga ya?
            Kejutan akan dipersembahkan lagi kepada anda. Jangan pingsan kalau ternyata  Elise adalah Agen khusus yang ditugaskan mendekati Pierre. Entah bagaimana hubungan mereka itu. Bagaimana kisah mereka, dimana mereka tinggal dan kenapa Elise terus dimata-matai, tingkahnya yang seperti musuh semakin memperumit pikiran kita. Yang jelas Elise melakukan permainan-permainan unik ini dari awal dan diikuti tingkah polisi yang rada aneh semata-mata untuk memberikan daya kejut buat kita saja. GRR… Ini sudah sangat ngawur. Bisa dipahami sih. Bisa. Cuma kok jadi begini ya.
            Sudah ah. Males ngelanjutinnya. Masih panjang kok. Makin rumit, makin menjengkelkan, makin banyak dugaan dan banyak kejutan. Anda akan terus terkaget-kaget dan berucap, “astaga, ternyata..”, atau “Lho kok?” Atau juga, “Ohh..”
Buat saya sebenarnya pilem ini bagus. bangus. Hanya saja, sepertinya ini puncak kekesalan saya sama pilem-pilem barat yang menawarkan keglamouran, tapi sebenarnya isinya Cuma seupil. Bisa aja bakal masuk nominasi pilem terbaik oscar tapi bukan jagoan saya.  
            Dalam banyak pilem-pilem barat memberikan pelajaran pada saya meskipun kamu menawarkan ide seupil, tapi bungkuslah dia agar tampak penuh sekeranjang. Apa bedanya misalnya pesta dansa yang mewah (anehnya si Angelina Jolie jadi pusat perhatian terus di mana-mana) dengan nyanyian penuh tarian di jalan-jalan dalam banyak pilem India, coba? Dan endingnya buat saya semakin menguatkan citra cerita ini. seperti sinetron kita deh, tokoh-tokohnya sudah serba ada, serba mapan dan menguasai segalanya. Kadang-kadang tawaran bagus yang diusung pilem acur tuh sama bagian-bagian tertentu yang ingin ditonjolkan.
Karena bagus dan berhasil menjadikan saya orang bodoh sepanjang pilem, saya kasih jempol tiga untuk pilem ini. Pilem ini membuat saya ingin menikmatinya sekali lagi, dan lagi. Kereta dan rel-relnya, kota Italia (Tapi ini Roma bukan ya?) yang disorot dari ketinggian dan kejauhan membuat saya semakin ngiler. Saya tidak menemukan adegan, yang mungkin ditunggu-tunggu banyak orang mungkin, dan ini salah satu bikin cowok gemes sama Angelina Jolie, doi telanjang dan memamerkan teteknya ke semua penonton. Disensor kali ya?
            Uh saya memang lugu, mau-maunya ditipu.

2. Paranormal Activity 2 (2010)
Tanggal menonton 8 Februari 2011

            Keluarga kecil Daniel Ray, terdiri dari Daniel sang ayah, Kristi istrinya, Aly anak perempuan remajanya dan Si Kecil Hunter, dibikin heboh. Mereka menemukan rumah mereka berantakan suatu siang. Aksi vandalis itu mesti dihentikan, maka mereka pun memasang kamera pengintai yang dipasang di beberapa ruangan.
            Martine, pembantu dari Meksiko, seperti nasib TKI kita di Malaysia yang bekerja di perusahaan Cina memiliki keterbatasan berbicara dengan tuannya. Martine merasa kejanggalan di rumah tersebut disebabkan oleh roh jahat. Ia berusaha membikin upacara pengusiran roh jahat, namun tuan rumah tidak menyukainya.
            Kisah-kisah ganjil muncil di dalam rumah. Daniel Ray menganggap bahwa tidak ada sebenarnya. Namun beberapa rekaman video yang dipasang di rumah tersebut menunjukkan gejalah-gejalah aneh.
            Ada tokoh Katie, saudara perempuan Kristi dan suaminya yang sering mengunjungi mereka.
            Ternyata di masa lalu ada semacam perjanjian orang tua Kristi dengan roh jahat untuk meminta kekayaan dengan konsekuensi anak lelaki pertama di keluarga mereka akan menjadi milik roh jahat. Hal itu terungkap pelan-pelan. Aly, gadis remaja itu mencari referensi di internet.
            Terror terus muncul sampai akhir pilem. Saya melepaskan headset, mundur agak jauh dari computer. Saya merasa takut dengan efek yang mungkin muncul di dalam gambar. Benar, ada beberapa kejutan yang membuat jantung rasanya mau copot.
            Film ditutup dengan kematian Daniel dan Kristi oleh Katie yang kerasukan. Mereka, Katie dan Hunter, dalam narasi selanjutnya, hilang.
            Pilem ini disajikan dengan cara yang manis. Kamera pribadi milik keluarga Ray dan kamera pengintai yang terpasang di setiap sudut rumah tersebutlah menjadi satu-satunya sumber gambar dan alur cerita yang dibangun.
            Fantastis. Pilem ini juga berjalantanpa ilustrasi musik sama sekali. Keramat, salah satu pilem Indonesia pernah mencoba menggarap dengan gaya ini, hanya saja di beberapa bagian Keramat terjebak dengan unsure mistuik lokal dan memvisualkan sosok makluk halus. Adalam Paranormal Activity, tidak ada sosok lain yang muncul. Cerita berjalan agak monoton dari awal hingga akhir. Tapi dari pelem inhi kita juga bisa melihat bagaimana keluarga kecil di negeri luar sana.
            Aku serius sekali rasanya nih. Hehhe.. habis rada-rada horror sih.
            Membosankan, sekali lagi saya katakana demikian. Namun justru dari kebosanan itulah dia ingin mengajak penonton untuk terus mengejar, “apa lagi nih..” dan saya sangat waspada karenanya. Saya terteror justru karena nyaris tak banyak terror dalam pilem ini. dia membuat saya takut justru bukan karena hantunya, tapi oleh pikiran saya sendiri. Hebat.
            Beberapa bagian memang agak aneh dan menjadi sangat buru-buru. Sejak anjing mereka (aduh saya jadi pengen pelihara anjing nih) keracunan, Kristi diseret makhluk tanpa bentuk peristiwa mulai berjalan di luar logika dan agak cepat menuju ending. Itulah. Selalu ada yang kurang di mata saya.
Buat saya, pengambilan gambar sudah cukup meneror ditambah lagi akting pemain yang sangat realis dan polos. Saya pengen lihat juga pelem Paranormal Activity yang pertama deh. Hmmmm…. Dua apa tiga jempol ya enaknya untuk pelem ini? gimana kalau… tiga. Tiga jempol ya?

3. The Japanese Wife (2010)
Tanggal menonton 8 februari 2011

            Ini pilem India sodara-sodara, saya merekomendasikannya untuk semua. Buat saya pilem ini jauh lebih masuk akal ketimbang 3 Idiot yang norak, ngawur, serba kebetulan sebagaimana standar umum pelem India. Percayalah, 3 Idiot bukanlah pilem yang membicarakan soal pendidikan dengan cara yang manis.
            Tontonlah The Japanese Wife anda akan bertemu dengan Snehamoy, yang dimainkan dengan apik oleh Rahul Bose, seorang guru bahasa Inggris di kampungnya yang terpencil di Bengali sana. Guru yang sudah tampak tua, berdebu, kaku, pendiam, sabar, tak terkena mesin modernisasi itu bersurat-suratan dengan dengan seorang gadis yang berada di ujung lain benua mereka, Japan. Miyage, tinggal di perkampungan kecil di Jepang dengan budaya-buya khas lokalnya. Saya kira Miyabi, ternyata yang main Chigusa Takatu (ada bokepnya juga gak ya?).
            Mereka bersurat-suratan sudah sejak lama. Lama sekali.. Mereka saling menyebut ‘tetangga’ dan memanggil nama dengan inisial nama. Ih romantis deh…
            Hubungan surat-suratan ini diributkan oleh orang-orang kampung ‘pak guru’ bahwa dia akan menikah dengan gadis Jepang. Hal itu sekaligus menjadi olok-olok karena doi sudah tua dan belum menikah, miskin pula. Gimana mau ke Jepang jika hidup menjadi guru itu susah?
            Tapi hubungan terus berjalan. Mereka demikian intim. Miyage mengirimkan sebuah paket besar dari Jepang dan menajdi pembicaraan orang sekampung. Sneha memperlakukan barang kiriman itu dengan sangat baik, bahkan kardusnya pun tak pernah dibuangnya.
            Bagaimana mungkin seorang kampung terpelosok itu bisa akan menikah dengan gadis Jepang? Budaya dan agaman beda, bahasa mereka juga. Hm.. sebaiknya tokoh lain harus muncul dalam cerita kita biar dramatis. Dan mereka dengan keterbatasan dana, jarak yang memisahkan memutuskan menikah lewat surat-suratan itu. pak guru kita memakai cincin kawin dan berlaku layaknya seorang suami. Bayangkan sodara-sodara, dalam keteratasan hidup semacam itu mereka menikah lewat sepotong surat. Kali ini, sumpah enggak norak deh…
            Tokoh utama kita ini tinggal sama bibinya dan sudah berusaha menyuruh dia menikah dengan gadis kampung, yang riil. Bahkan dia mengajak seorang janda cantik satu anak tinggal bersama mereka yang merupakan anak dari sodara si bibi. Dia Shandya yang perankan dengan apik oleh Raima Sen yang diharapkan menggaanti kekosongan hidup pak guru. Ih.. mau doongg….
            Lalu kisah-kisah manis berjalan dengan sangat datar. Tidak ada tari-tarian di tengah jalan, tidak ada boleh yang fasih menyanyi lagu India. Di sini kampung bro, hanya ada pasar malam sebagai hiburan, adu layang-layang, perahu jika mau keluar pulau, tak ada listrik dan riuhnya pasar di sana seperti kita berada di kampung sendiri. Akan terdengar suara dari corong mikropon dengan suara yang cempreng, “dipilih.. dipilih.. sayang anak, sayang anak..” bahkan pak guru kita suka terpesona kalau liat tivi menyala.
            Kerenlah. Kenapa saya bilang lebih bagus dari 3 Idiot atau pun Kuch-Kuch Hota Hai? Di pilem ini kita benar-benar ditawarkan pada suasana kampung dan sangat khas. Tidak ada rumah-rumah padat di India, tak ada tuan Takur dan rumah megah dan kisah cinta yang meledak-ledak. Meski bukan pilem tentang pendidikan, tapi Pak guru kita yang berkabut ini bisa memperlihatkan gambaran pendidikan di dunia ketiga yang sejatinya. Ia, dengan cara-cara yanbg aneh dan kaku melirik dengan si janda dari balik pintu dan si janda yag tahu sopan santun selalu berpaling dari tatapan orang asing.
            Karakter dalam pilem ini cukup kuat. Hanya si bibi cerewet yang mengingatkan kita pada gaya pilem-pilem India lama. Selebihnya mereka sudah sangat bagus menampilkan suasana dan hal-hal lokal yang khas India. Tidak ada yang dibuat dramatis dan membuat air mata anda terlompat-lompat oleh kata-kata romantis mereka. Kisah berjalan sangat pelan. Kebanyakan narasi disampaikan lewat surat-suratan itu saja. Mereka juga bicara tradisi, masyarakat, hal-hal pribadi hingga kangker yang mengidap Miyage.
            Tidak ada upaya-upaya membangun kejutan dan dramatisasi. Tetapi justru dari sini pula membuat anda seperti naik bis kota, pengen nangis tapi air mata tak bisa keluar.
            Musiknya pun digarap sangat apik. Musik tradisional Jepang dipadukan dengan musik tradisional India. Koto berpadu tabla. Ah..Suling India dipadu kecapi. Aih…
            Saya semakin yakin pilem India semakin berubah. Saya pikir pilem kita juga mau bercermin, bahwa tidak melulu komedi dan hantu yang bisa ditonton toh? Bahwa orang India suka nyanyian dan tarian, iya, tapi toh mereka tetap menggarap pilem dengan mengenyampingkan itu semua. Kenapa kita tak bisa sesekali bisalepas dari kisah cinta anak sekolah kelas menengah, komedi dan hantu?
Memang, pilem ini mungkin tidak mendapat banyak sambutan, tapi betapa gagahnya bolywood dengan terselipnya pelem ini di antara daftar pilem tahunan mereka. Dulu saya juga dibuat terkaget-kaget dengan pelem India yang judulnya saya lupa bahkan juga nama pemainnya. Kisahnya tentang anak kecil yang suka mengintip tetangganya, seorang gadis India dewasa dengan gaya hidup modern. Kereeen…
            Pilem ini pun demikian. Bahkan slumdog pun lewat. Beneran deh. Saya pun jadi ingin mencari pelem India lain yang punya tawaran bagus seperti pilem ini. Anda masih ragu jika saya yang cerewet pun mau mengasih empat jempol untuk pilem yang tidak gagah macam begini. Empat jempol gitu loh.

4. Kick Ass (2010)
Tanggal menonton 8 Februari 2011

Setelah nonton pilem komedi Kick Ass tentang seorang anak muda yang ingin menjadi super hero, tiba-tiba saya pengen menulis cerita yang kira-kira begini:
Tokoh utama kita mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta. Katrok, pemalu. Dia ingin punya pacar. Menulis puisi yang gagal.. Sering lapar. Agak pintar tapi pemalu.
            Lalu dia menjadi superhero.
            Ia sangat tidak terkenal. Bahkan ketika dia menjadi super hero pun, semua orang memakinya dan meminta polisi menangkapnya. Saat itu tingkat kriminal sedang tinggi-tingginya. Semua orang mengira dia mencari sensasi saja atau mebncoba mengalihkan isu. Bahkan beberapa kampus mengancam, jika ada mahasiswanya yang ikut2an konyol begitu, maka tanpa ampun, diaa akan dikeluarkan dari kampus.
            Mulanya iya. Karena dia mendengar ada seorang cewek yang suka dengan ceita yang dia tulis di sebuah blog tentang super hero. Cewek itu tak tahu kalau penulisnya adalah teman sekelasnya yang tidak pernah lulus2 kuliah itu.
            Untuk menarik perhatian dia suka lewat di depan kos si cewek, tapi berhenti karena nyaris dihajar orang kampung karena dituduh mencuri. Alasan lain yang masuk akal yang membuat dia harus menyamar begitu adalah karena dia sudah sangat malu bertemu kawan-kawannya yang terus-terusan minta dia bayar utang dan terlebih adalah menghindari pak kosnya yang terus2 memburu karena dia blum bayar. Dengan menjadi super hero dan menutup wajah dia bisa menyembunyikan giginya yang ompong.
            Karena suatu misi luar biasa yang tidak sengaja, dia menjadi terkenal. Sangat terkenal sehingga tiba-tiba di mana-mana ada orang memakai kostum SJ. Bahkan orang-orang di luar jogja juga memakai HJCT (Hero Jogja Cabang Tegal) misalnya. Ada pula yang berani-berani mengklaim mendapat rekomendasi langsung dari doi, sehingga muncul misalnya SJGTL (Super Jakarta Gilu loh), SBE (Super Bandung Euy), SMCM (Super Magelang Cah Magelang), SAM (Super Arek Malang) dan sebagainya dan sebagainya.
            Di banyak tempat orang-orang mengklaim dialah SJ itu. Maling dan perampok pun tak mau ketinggalan. Tukang kredit, dan tukang tipu-tipu hingga pengamen dan pengemis tak mau kalah. Penyanyi macam ST 12 dan Kangen Band pun bikin lagu khusus buat itu. TV One bahkan punya acara khusus mengenai hal tersebut dan ANTEVE punyan kuis baru “SJ apa ST (Super Tolol)” yang dipandu Tora Sudiro.
            Tetapi SJ kita tetaplah mahasiwa payah dan sering kehabisan uang.
            Karena banyak kasus SJ2an dan terjadi beberapa korba dia terpaksa menambahkan aksesoris baru untuk menunjukkan keasliannya. Misalnya dengan menjatuhkan kartu nama yang cuma difoto kopi dan brosur di setiap aksinya. Tapi bagi polisi ini tetap saja termasuk kriminal.
            Hanya anak bu kosnya yang peduli padanya dan sering memberi dia makan tentu saat dia lagi gak jadi superhero. Meski terkenal ia tetaplah seorang pelamun membawa Hp kemana2 yang diisi dengan lagu2 dangdut koplo.
            Suatu kali, dia menyelamatkan seorang gadis. Ini kisah cinta yang pedih.
            Karena ia dikejar tenggat waktu kelulusan ditambah lagi urusan perut, ia akhirnya melepaskan pakaian SJ tersebut.
            Apa yang terjadi selanjutnya? Saya juga tidak tau.
            Keren kan? Ada yang mau berkolaborasi dengan saya menggarapnya?
            Jadi anda taukan betapa gokilnya pelem Kick Ass ini sehingga membuat saya terinspirasi karenanya? Saya rasanya tak perlu lagi menceritakan bagaimana detailnya pilem ini sebab saya sudah keburu dikejar-kejar imajinasi saya tentang cerita gokil saya sendiri. Namun demikina, ide saja jauh lebih gokil dan menantang ketimbang pilem Kick Ass ini. bener deh.
Sebagai tambahan, pilem ini juga melibatkan Nicolas Cage sebagai salah satu mantan super hero. oh ya, perlu ane ingatkan, pilem ini ada sadis dalam menggambarkan aksi-aksinya. Ada banyak darah yang dieksploitasi. Ada banyak pembantaian dan nyawa  agak dimain-mainin deh, apalagi salah satu tokoh adalah anak-anak. Ihh.. sadis ah.  Selebihnya? Tonton aja sendiri. Perlu tiga jempol untuk meyakinkan anda untuk menonton pilem ini?

1 komentar:

Suke Semarang mengatakan...

wah banyak banget pelem yang ditonton... :)