28 Jul 2010

Analisis Konyol (Film Horor)

Catatan:
Saya punya niat untuk memposting ulang tulisan2 konyol saya mengenai pilem-pilem yang saya tonton yang pernah diposting di http://nonton-film.blogspot.com/ yang digarap bersama-sama. Tulisan ini sudah lewat editan http://akubuku.blogspot.com/ sebagai syarat awal masuk di blog yang punya niat besar namun sayang paswordnya (konon) ilang. nah...

untuk itu saya ingin memposting, sebagai bentuk kerinduan saya saja. dan saya berterima kaish pada kawan-kawan di nonton-film (Zen si penguasa http://pejalanjauh.com/, Agung yang nongkrong di http://bukukuno.blogspot.com/ tentu juga si penjaga neraka Gus Muh).

nah, selamat menikmati.



FILM HOROR (2007)
Produser : Shankar Rs B.sc, lah
Produksi : Indika Entertainment dong
Pemain:Angie Vigin, Sheila Marcia, Andhika Gumilang, Reza Rahadian, Cut Memey, Frry Irawan, dan seluruh properti hantu.
Sutradara : Toto Hoedi

Pernah membayangkan Riri Riza menenteng piala citra ke mana-mana? Dengan tingkahnya yang setengah kaku, setengah lucu, dia bertanya pada banyak orang, “Kalau mau mengembaliin piala ini ke mana, ya?” Dan pertanyaan itu terjawab ketika Gus Dur setengah kesel dan mengumpat mengatakan, “Piala kok dikembalikan. Gitu aja kok repot.”

Pada sebuah waktu dan tempat yang lain, Tukul ternyata juga merupakan masterpiece, orang Indonesia terpopuler dengan kata “puas, puas, puas…” nya. Lalu Maria Eva dengan gamblang dan vulgar bercerita teknik mengambil film di kamera handphone.

Lalu ada hantu yang berniat menakut-nakuti orang dengan menjatuhkan kedua biji matanya lalu berjalan terantuk-antuk. Atau mau lihat hantu jeruk purut dengan kepala dan badan terpisah itu menggoda cewek sambil terkentut-kentut?


Membayangkan itu semua mungkin semacam lelucon yang bisa membuat kita terpingkal-pingkal. Dan itu bisa Anda temukan dalam film komedi-horor dengan judul Film Horor. Konon pelem ini mengadopsi Scary Movie dengan memparodikan beberapa adegan film dan ternyata lebih banyak personil, sosok atau orang tertentu. Tak sampai di situ, konon produsernya juga mengangkut “tukang” dari luar sana untuk memoles pelem ini. Dan itu lumayam menjadi sorotan sebelum pelem ini bisa saya tonton dalam keping VCD dengan harga tiga ribu doang.

Ternyata setelah menonton ini saya merasa tak mendapat kebaruan yang berarti baik dalam sound effeck atau teknik gambar dan sebagainya, sebagaimana yang digembar-gemborkan. Entah saya nyang bodoh mungkin. Sama saja. Ada hantu, cewek nangis, adegan-adegan setengah mesum dan canggung (ntar ndak boleh tayang kalo terlalu ‘seru’. Resikonya dicekal, kan?), gelap ala Nayato dan melulu malam juga mewarnai adegan, cerita di kampus dengan tokoh-tokoh bermobil dan tak ada masalah dengan uang, ajep-ajep dan semacamnya. Gitu-gitu doanglah. Gambaran umum di banyak film dan sinetron di negeri ini dan tentu amat berbeda dengan dunia aslinya.

Saya mengajak Anda berpikir sejenak tentang ini. Apa benar sudah sebegitu mapannya mahasiswa kita? Ke kampus tanpa tentengan kecuali tas buat gaya-gayaan. Mungkin benar juga. Seperti itulah gambaran anak muda sekarang. Merdeka, bebas, kantong tebal dengan kepala yang kosong. Meski sebagian besar orang tak merasakan dunia itu. Setidaknya dengan menonton ini orang-orang bisa bermimpi sewaktu-waktu bisa hidup seperti itu (sebagaimana imaji Gus Muh dulu, ketika mahasiswa dapat cewek kaya, cantik dan baik hati. GUSMUH: KOTO, AWAS LU YA…!!!). Tapi hidup kan bukan sinetron sebagaimana Jibril turun di malam 17 ramadhan dan sibuk melinting ganja yang jauh-jauh ditenteng dari Aceh sana bukan, Gus Muh?

Kembali ke… pelem.

Ada upaya pembalikan fakta (bahasa kerennya tanya aja si Jejen) dalam film ini, di mana hantu bukan melulu makluk mengerikan tetapi juga makhluk yang konyol, bisa salah dan kesepian. Lihatlah Hantu Jeruk Purut yang kesulitan dgn kepalanya yang suka menggelinding dan ia tak punya teman. Atau tengok misalnya hantu yang berdiam di WC kampus diam-diam belajar memoles bibir dengan gincu. Biar modern ya, Ntuh? Atau tengok juga misalnya para Suster Ngesot yang tergila-gila sama dangdut (bikin tim cerlider aja Mbak!).

Yup! Para hantu berkumpul. Tapi lebih banyak menjadi pecundang. Malangnya dirimu duhai para Hantu.. ((H)an (Tu)Ismanto termasuk malang gak ya?

Tetapi bagaimana pun upaya memparodikan ini, kesan membikin pelem horor (hantu-hantuan) tak bisa ditepis. Sejak awal kita disuguhi keremangan malam, musik yang menggetarkan jiwa (bukan lagu Tompi lo), pekikan-pekikan dan kilatan-kilatan cahaya. Wah, kalau yang beginian mah ndak usah mengimpor ahli dari Holiwood segala. Nayato punya tim khusus tuh kayaknya.

Temanku ngamuk-ngamuk karena adegannya selalu malam dan malam. Kalau pun ada adegan siang, ya itu tadi, untuk memperlihatkan betapa konyolnya duplikan Riri Riza, Tukul, Maria Eva atau Cut Memey yang tiba-tiba begitu genit dan menggemaskan. Atau sekedar melihat aksi Feri Irawan (BENAR NGGAK NAMA INI KOTO, ATAU INGATANMU PAYAH—pemutar pelem yg galak!), seorang komandan muda yang suka bergaya di depan kamera dengan kepala yang kosong tapi suka mengoleksi barang bukti yang merangkak di garis batas polisi yang dipajang berseliweran. Nyindir pak polisi kita nih? (buat pak polisi: bukan menghasut lo pak, bener lo. Ini lebih dari sekedar sindiran LA Light lo yang bilangin Polisi (suka) tidur dan rokok nyari untung doang pak. Tapi ini tak hanya menghina kerja polisi dan isi otaknya tapi bakat dan tingkahnya juga ditiru eh, dijelek-jelekin di pelem ini. Masa pak polisi berkumis mondar-mandir terus di depan kamera kerjaannya).

Tapi adegan Feri ini lumayam asyik. Polisi ganteng yang cool beneran.

Jalinan cerita yang rumit juga menjadikan pelem ini bukan sekedar hiburan. Temanya lumayan berat dan dengan penyelesaian yang khas kita, terburu-buru. Jika di Scary Movie kita diantar pada lelucon-lelucon dan adegan konyol tanpa harus berkerut, sebenarnya di pelem ini tak melulu kita dapatkan ini. Porsi hantu sangat besar dalam pelem ini dan itu yang dijual. Bayangkan nyaris seluruh jenis hantu populer (yang terkenal maksudnya), diundang main. Aku jadi ingat Si Manis, dia gak diajak. Kalah sama hantu-hantu jenis baru. Kayak bintang pelem aja ya. Semua hantu ngumpul!

Upaya menampilkan sisi komedi dalam ketegangan ini memang patut diacungi jempol. Meski pun tidak sepenuhnya dianggap berhasil saya pikir upaya ke jalan itu sudah ada. Sebab bagaimana pun memparodikan dagelan umum, karakter dan semacamnya cukup menjual di sini, apalagi menghina fisik kan? Ada beberapa adegan film yang dicomot dan membuat kita tergelak juga. Heart, Ekskul, pelem esek-esek Maria Eva yang paling kentara. Tapi parodi semacam ini mungkin bagi pihak lain sangat menghina. Saya tidak tahu tuh reaksi Riri Riza asli jika tau dirinya menjadi tolol begitu (aslinya tolol ndak sih?), atau keluarga pasangan Maria Eva di pelem ehm-ehm itu menyaksikan adegan film semacam itu.

Maksudku, bisa ndak ya kita menyajikan pelem tanpa ada hujatan-hujatan yang memojokkan personal tertentu. Full kreativitas, gitu. Tapi memparodikan hantu mungkin sudah waktunya. Bukankah trend humor memang sedang laku? Dan hantu saya pikir juga tidak mau ketinggalan.

Tapi begitulah, kita memang tidak bisa memuji banyak untuk pelem kita apalagi nyangkut jalan cerita dan akting para pemainnya. Rada-rada gimana… gitu!

Jadi kalo orang hamil, lemah jantung & sakit hati, pikir dulu deh sebelum nonton pelem ini. Sumpah! Nggak seremmmmmmmmm. Lho.
***

tambahan:
dan lihat pelem kita sekarang, yang horor maupun komedi. apa yang dieksplorasi? kita akan bahas nanti (bersambung)

Tidak ada komentar: