24 Jan 2010

prasangka dan kesakitan

aku tiba-tiba ingat seorang kawan kama (adakah istilah mantan teman--untuknya yang memilih menghindariku?) ketika membuka beberapa FB seorang kawan yang tiba-tiba menghilang dari kehidupan kami.

ah bagaimana ini menuliskannya. seorang kawan kami (kami untuk menyebutkan aku dan "mantan" kawan ini) tiba-tiba menghilang beberapa hari ini. dan tiba-tiba aku menyesali beberapa hal tentang kehilangan ini. soal betapa aku tak abai (untuk menyatakan ketidakpedulian sebenarnya) dengan sekitarku. aku membiarkan beberapa hal terlewat di antara kami. tapi aku tidak sedang menceritakan kawan yang menghilang ini kepada Anda sama sekali. untuk saat ini saya belum bisa bercerita.


aku mengingat kawan yang dulu kami lumayan karib itu. sampai kini aku masih menganggap kawan tentu. namun ada beberapa hal yang aku lakukan yang tak bisa diterimanya dan kemudian dia melakukan banyak kesalahan (menurutku) yang tak bisa kumaafkan pula. adil? impas? kupikir tidak.

jika kita tetap hidup dengan masa lalu apakah kita sedang mendiamkan waktu? sebuah kesalahan (yang jika kupikir2kan benar bukanlah sebuah kesalahan, hanya mengenai toleransi) yang tersu dipertahankan akan menjadi apa? aku sebenarnya bukanlahs eorang pendendam, tetapi bukan pula seorang pemaaf. aku berpikir, jika orang merasa begitu mengutukku untuk kesalahan yang sudah terselesaikan pada akhirnya, aku pun memilih tidak usah membicarakan itu lagi. ini bukan soal terserah atau aku mau menutupinya. bagaimana aku harus menyatakan rasa maafku dan selamanya dosaku tidak termaafkan. dengan begitu apa tidak sebaiknya aku membiarkan prasangka itu.

kini aku mulai mempertanyakan. kesakitan. "sakit". siapa yang sakit sebenarnya di antara kami? siapa yang sedang kesakitan? bertahun-tahun setelah peristiwa itu aku merasa diteror oleh kesalahan dan teror dalam arti yang sesungguhnya. aku tidak mencemaskan dengan demikian aku akan tercemar. aku punya banyak kesalahan. aku bukan orang saleh yang bebas dari dosa. tapi diteror oleh sebuah kisah jauh yangs eolah-olah aku yang menjadi penyebab masa kini seseorang? kupikir soal kami tidak sedemikian rumit, meski tak bisa dibilang sedemikian sederhana.

apa kau mengerti apa yang aku tuliskan? aku tak terlalu mengerti, sampai di bait ini pun. kukira saat ini aku hanya bisa mendiamkan seluruh prasangka dan kesakitan itu. aku tak akan memikirkan efek dan akibat. aku tak perlu memikirkan siapa yang sakit dan kesakitan di antara kami. aku ingin memaafkan masa lalu agar waktu tidak mati di sana. aku capek dengan masa lalu yang membuatku tak berdaya.

di bagian ini aku ingin mengatakan tak ada antagonis, tak ada pratagonis. kami sama-sama menang, kami sama-sama kalah. dia atau aku bukan penjahat yang layak mati, salah satu dari kami pun adalah super hero. kebenaran adalah soal sudut pandang. bedanya adalah aku menerima masa itu dan memaafkan, dia entalah.

semoga aku tidaks edang menggosip. aku hanya ingin mengatakan, betapa aku ingin memeluk "mantan kawan" itu. karena pertemanan pada dasarnya tak ada "mantan". tidakkah kau mengerti bahwa kita adalah korban dari sebuah permainan besar.

ah, kurasa kau lebih cerdas dariku. dan bagaimana menilaiku untuk soal ini.
(minggu, 24 januari 2010. ditulis secara spontan di sebuah warnet)

Tidak ada komentar: