17 Jan 2009

catatan penutup

Tidak ada di dunia ini yang bisa mengerti saya. Semua orang memandangku dari sisi paling suram. Aku harus menerima ini sebagai buah dari pohon hayatku. Aku tak akan mengatakan pada kalian betapa aku mencintai kalian, bahwa aku membenci permusuhan, aku takut darah, selalu menghindari perang. Mereka semua benar, aku pecundang dengan perilaku yang buruk.
Aku ingin dipahami sebagaimana kau memahami yang lainnya. Tapi aku tak punya kebenaran apa pun untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintai kalian. Aku akan belajar menata
hidup, berjalan wajar di sisi kalian.
Aku paham, kalian, dan tak satu pun darimu yang benar-benar memahamiku. Beri aku waktu dan biarkan aku menyalami kalian satu-satu.
Wahai, apa wujud kebenaran, apa warna dosa yang kupikulkan pada punggungmu? Aku harus pamit. Semoga kelak aku bisa kembali dengan jiwa yang baru. aku akan merindukan kalian selalu. Barangkali inilah caraku untuk bisa memahamimu;
kota lama

barangkali kau akan mengenangku
pada suatu masa yang jauh
mengingat sebagian tentang kita
—dan hanya manisnya saja;
di sebuah petang yang sudah
kusut corak-ragamnya
pada langit musim hujan
di mana ingatan serupa kecambah
selintas kau menyebut namaku
lalu melewati peristiwa lain

saat itu aku sudah jauh
melayari usia
atau hanya tinggal nama
atau terkubur bersama peristiwa yang hilir-mudik
hingga tak ada yang sempat mencatatnya;
sebagai sebuah kota yang pernah berjaya
melahirkan kemungkinan-kemungkinan baru
dalam dirimu dan setiap orang yang bersentuhan denganku

angin menjatuhkan daunan
tunas baru segera muncul
dan ingatan, selama akarnya tertanam di hatimu
aku akan menjadi bayang-bayang bagimu;
menambah-nambah mimpi burukmu
memperumit masalalu yang hitam-legam

saat itu aku mungkin sudah sangat jauh
tak banyak yang bisa kau ingat;
bibirku yang miring, bentuk gigi, bahu
dan punggungku yang bungkuk.
tak banyak pula yang bisa kauhafal dariku
sebab peristiwa setelahnya menimbun
perihal tentang kita

hujan meleleh di senja yang buru-buru pulang
kenangan seperti potongan es krim
yang membuat gigimu terasa ngilu
memaksamu terus menghabiskannya
sebentar kau akan mengenali betapa aku
amat peduli padamu; hal-hal remeh yang tak terlupakan.
saat itu rasa sesal menghinggapimu
tapi aku sudah begitu jauh darimu

kau akan mengenangku setelah aku tak lagi bisa bersamamu
pergi dengan melipat rasa sakit
sebab pertemuan lebih banyak menawarkan luka
orang-orang terbiasa merumuskanku
pada bilangan-bilangan yang paling rumit
dan aku sudah lama membiarkan segalanya terjadi
mereka yang mengenalku, suatu waktu menjadi seteru
diam-diam menghitung perihal
dan kemungkinan yang paling buruk
dan kau mulai meragukan apa pun dariku
dan belajar mengutukku
saat itu aku sudah sangat jauh darimu

mungkin kau akan mengenangku dengan sedikit rasa sesal
sebagai masa lalu yang buruk
pada suatu masa yang sangat jauh
mengingatku seperti kota lama
yang harus tetap dijaga dalam ingatan
2008
___
Pada kalian yang kuanggap kawan, yang pernah merasa diriku teman, kalian yang mengenaliku dan yang kukenal, kalian yang kukenal dan tak mengenaliku, kalian yang sempat mengenalku dan belum sempat kukenal, kepada seluruh bumi, aku akan pamit dari halaman-halaman buruk ini. Terima kasih kalian pernah berkunjung di sini. Terima kasih atas segala komentar dan masukan.
Pada waktunya, semoga kita akan diketemukan lagi.
Yakinlah, aku selalu mencintai kalian semua dan memandangmu dari arah punggung kalian.
Salam,
Indrian Koto

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah.. mau kemana nie?

Anonim mengatakan...

dan sepetak kecil ruang di hatiku kini jadi hampa. entahlah, perpisahan, sejenak atau selamanya, bagiku sama saja. menusuk dan meninggalkan nyeri.
kemanapun engkau, semoga baik-baik saja.

Anonim mengatakan...

see you friend...