22 Des 2008

posting konyol tentang suka-tidak suka

Ternyata, setelah dipikir-pikir aku ingin menulis hal konyol ini untuk penutup tahun Masehi kali ini. Setengah berharap, siapa tahu saya mendapat kado dan oleh-oleh dan hadiahnya tentu saja bukan yang ini.
Ada beberapa hal yang tidak saya suka.
Hal-hal berat dan sangat rumit tentu saja. Saya tidak akan menjelaskannya secara ilmiah. Saya tak dapat. Inilah dia;
1. Tidak suka Djarum Super tetapi suka rokok mild.
Saya tidak tahu kenapa Djarum Super itu tak pernah akrab dengan lidah saya. Kalau 76 masih bolehlah.
2. Tidak Suka Tempe
Sekali lagi saya tidak tahu alasannya. Mungkin karena tempe sudah jadi barang impor kali ya. Tapi temannya, si bakwan, saya doyan banget, nget! I LOVE YOU BAKWAN.
3. Ogah Mie Goreng.
Kalau yang ini saya nyerah. Mie goreng itu banyak minyaknya, lengket di lidah. Belum lagi kecap dan saosnya. Dulu waktu kecil aku makannya kasih kua dikit. Saos dan kecap kan bukan seleraku.jadi saus dan kecap masuk dalam kategori ini. Entah kenapa sampai saat ini saya benar-benar menghindar mie goreng. Lalu bagaimana dnegan mie rebus? Sebisanya kuhindari karena beberapa alasan; pertama perutku akan melilit setelah menyantap me rebus, entah kenapa pula, kedua aku gak bisa kenyang, ketiga nafasku menjadi tidak nyaman, sesak dan panas tenggorokan saya. Tapi ada satu hal yan membuat saya bisa dengan lahap menyantap mie rebus, yakni ketika di Burjo. Makanan terenak di sana adalah, mie rebus tanpa telur, pakai nasi, air putih angat dan dalam mangkuk mie masukin bakwan tiga sampai empat biji, dicincang-cincang, sampai kuah mie tenggelam ke badan bakwan. Wuah.. nikmat bener…!!!
4. Ampun sama jahe. Ra kuat lek!
Ceritanya aku juga gak bisa makan, minum apa pun yang berhubungan dengan jahe. Jahe angat, wedang jahe (apa sih bedanya) atau permen jahe. Baunya saja bikin saya mual. Selain itu, kalau saya minum jahe, lagi-lagi perut saya, maksud saya lambung saya terasa panas dan bikin gak nyaman, cacing di perut beontak. Aku gak tega juga. Sesekali aku masih mau minum ronde karena aksian sama penjualnya dan doyan sama bulatan-bulatan yang empat biji itu. Kuahnya? Sebisanya kuhindarkan. Dan resikonya perutku akan melilit sampai setengah jam ke depan. Bandel sih!
5. Lombok atawa cabe kecil
Cabe rawit yang kcil imut itu benar-benar musuhku. Aku gak bisa makan pedes, gak suka dan gak nyaman—sekali lagi—di perut. Kenapa ya perutku? Aku suka diejek, orang Padang kok gak suka pedes. Apa hubngannya coba! Lagian di Padang sana, orang gak makan cabe cilik, kok. Bener!
6. Gak bisa bangun pagi.
Jujur ini bukan karena saya memang pemalas. Ada dua alasan kenapa saya menghindari bangun pagi. Dua-duanya sangat absurd. Pertama, setiap bangun pagi—sekali lagi—perutku terasa kosong. Meskipun diisi apa pun, sampai siang, perutku itu terus serasa bolong. Aneh memang, bukan lapar, tapi kosong. Bayangkan saudara-saudara. Hal yang aneh kedua adalah, setiap bangun pagi aku selalu bersin-bersin. Gila, ini kayaknya penyakit. Sekarang aku bisa menandai, kalau aku bangun pagi, langsung bersin aku akan bangun, tapi kalau belum bersin aku akan tidur lagi.
7. Aku tidak suka dituduh
Kalau yang ini bagaimana menceritakannya ya? Rumit. Tapi sebagai gambaran nih, kira2 begini ilustrasinya. Kalau aku kentut, aku seneng sekali liat orang menutup idung. Lain waktu aku gak ngapa-ngapain, tiba-tiba orang2 nuduh saya kentut dan menutup idung, ampun saya marah sekali.
8. Aku gak bisa ditinggal dan melihat orang pergi
Ini lebih absud lagi. Aku gak suka melepas keberangkatan. Tak ada penjelasan apa pun!

dll..... Ular misalnya, gempa dan petir. lain kalilah saya cerita lagi,

12 komentar:

Anonim mengatakan...

hee...hee..realis, tulisanmu mengajakku berbuat hal yg sama...tp urung sobat, wis keburu maghrib nih..wis pokoe sukses terus yo

dee mengatakan...

saya malah lbh lancar menyebutkan hal2 yg ga sy suka loh.. seperti ga suka bangun pagi hueeee.. ga suka ini, ga suka itu.. tapi biar seimbang, bkn list juga hal2 yg km sukai.. :)

Anonim mengatakan...

wahwahwah, menarik..
kalo aku malah suka stasiun.
apakah itu berarti aku juga suka perpisahan, ya?
kayanya ndak deh
trus?

*curhat colongan*

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

to Zyrajawa:
trims pak. tak tunggu lo tulisan ringannya di blog.. hehhe... kapan main ke kos ku? dirimu tinggal di mana sekarang? cerpen jalan terus kan???
aku kangen main ke kosmu yang dulu, ketemu muhaimin lagi. hehhe..

bikin majalah lagi juga \yuk...

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

wah yang aku suka banyak mbak dee. apa saja. tapi sebenarnya banyak juga yang tidak saya suka. hehehe..

salam ya...

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

aku sebenarnya juga suka stasiun.s ebenarnya lo. tapi aku takut sama suasananya. kayak tempat jagal. di mana yang pergi seakan tak kembali lagi...

h,mmm

Anonim mengatakan...

baa kok bisa 76?menurut awak, muncuang kito ko samo. samo-samo asbak... daun nipah pun jadih... nan paralu muncuang lai barasok & nampak ganteng...huahahahaha....
o iy, selamat natal...mohon maaf lahir - bathin. haleluya saudaraku yang super...

Anonim mengatakan...

wah aku tak di kost lama lagi. aku dah pindah di krapyak..Insya Allah nulis jalan terus...
hmm bikin majalah lg? bisa tu...tp jangan sekarang ya..u/ bulan2 ini aku masih disibukkan mayorku..tp InsyaAllah akan terus kupertimbangin lagi...sip sobat, keep going :-)

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

to adzan soeboeh, eh, azan kubu:
lain katiak kain lain baunya saudara. ya ndak. kalau saya yang berselera tinggi ini suka berhitung dnegan kecocokan lidah. nikmat yang cuma sekerongkongan itu memiliki pilihan yang memuakkan. tapi kau benar juga, yang penting berasap (begitu to kata ganti utk barasok dalam bahasa Minang? hmm... dalam bahasa koeboeh apa ya?). tapi saya cenderung menghindari Djarum Super itu. mungkin karena terlalu super. kalau saya merokok itu, perut saya seperti bolong dan tiada apa-apa setelahnya, persisi puisi bukan?

dan 76 yang enak cuma iklannya doang. saya bukan sentimen lo. tapi gak terlalu nyaman. sebagaimana yang saya katakan di atas, utk 76 saya masih bisa kompromi dikit, karena An Ismanto, saudara Tua dari tenggara itu suka membelinya berbungkus-bungkus.

hehhe...

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

to zyrajawa: wah pindah tugas pak?
tapi belum pulang kampung kan? bagaimana dnegan galerinya di pinggir pantai itu? kapan mengajak saya ke sana?

aku mau loh, tapi bukan sebagai investor. hehhe

selamat akhir tahun

Unknown mengatakan...

postinganmu iki asem kok, koto.bakwan. bakul wedang. pancen asu.

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

mera: oh mera... mera jana.. ohh