29 Okt 2008

Reunian Para Penyair Jawa Tengah di Solo

Nekad juga, merasa tak enak dengan Sukma akhirnya kmi meluncur ke Solo di sore yang hujan itu. Perjalanan dalam hujan tentulah rada-rada gimana gitu. Tapi kita sampai juga to. Malam itu akhirnya aku kembali bertemu dengan wajah-wajah muda anak-anak Surakarta. Kabut dan Pawon barunya, aku denger2 Kabut Institut punya empat esais yang rajin menyerang media. Mungkin kabut, Ridho al-Qodri, Haris Firdaus dan entah siapa lagi. Yang lain kami sudah kenal muka tapi aku selalu susah menghapalkan nama. Datang Joko Sumantri dnegan berat badan bertambah, wajahnya jauh lebih dewasa dan sedikit tua.



Selebihnya aku mendengar pembacaan puisi dari orang-orang yang sempat klukenal namanya. Aku tak hafal karena itulah aku tak memilih jurusan matematika. Setidaknya ada Dharmadi, Eko Tunas, Kusprianto Namma, Badaruddin Emce (katanya mau singgah di Yogya dulu), Sosiawan Leak, Beno Siang pamungkas, Timur Sinar Suprana, Jumari Hs, Suksmanto Yant Mudjianto, etc, etc. setidaknya mereka tengah bereuni lah. Wiajng memberikan kesempatan kepada Leak untuk menceritakan “kenakalan” masa muda mereka. Setelahnya beberapa anak muda juga tampil antara lain Mutia Sukma, Kabut dan lain-lain. Nah kan aku nggak hapal nama lagi.

Setidaknya aku mebayangkan, nanti jika teman-temanku sudah pada tua semua dan berkumpul dalam suasana begini. Suasananya tak kurang (lebih sih mungkin) bewgini juga.

Malam ini juga aku kembali melincur ke Yogya, tentu dalam hujan juga. Aku pengennya sih nginap biar bisa bertemud engan para penyair itu untuk lebih bisa mengingat nama mereka dan mencocokkan nama dengan wajahnya.

Dan hujan.. tahukah kalian aku baru sampai di kos jam setengah tiga pagi padahal dari Solo jam 12 kurang. Mungkin kami mengadopsi falsafah “alon-alon waton klakon” malam itu.

9 komentar:

Cebong Ipiet mengatakan...

ooo tiyang solo nggih Pak? salam kenal

Anonim mengatakan...

wong solo toh mbak?
tiyang neng jogja je..

Anonim mengatakan...

eh lha aku yang salah moco po piye to yoh, mas..
nama "kabut" kok koyo muncul ping satus.

betewe baswey, njenengan njogjah pundi to?:D

Anonim mengatakan...

hehehhe.. gak tau juga tuh, kebanyakan kabut kali. maklum ujan non. aku neng sapen je. dirimu di jakal ya? mau makan soto di depan kosku ada lo. enak. soto pak aris namanya. rame banget.

Anonim mengatakan...

to mas kul: weleh, di sapen to. cerak karo SDku mbiyen..hehe. nek aku di gejayan deket togamas, mas. nak njenengan ngerti to togamas?
kuwi lho mas, sing cerak tiga serangkai. lha tiga serangkai kuwi cerak prapatan ringrot.nah, adep adepan karo togamas.

*lho,mundak bingung to mas*
maap :P

Kristina Dian Safitry mengatakan...

sekali sekali mau dong kalo aku diundang, he..he..tapi aku bukan penyair.

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

kuli to cerita senja:
hehhe.. rumahnya yang diseberang jalan itu? yang dicat belang-celangs eperti kuda zebra itu bkan, tempat pak polisi sering nongrong itu?
nah tempatku dekat SD muhammadiyah, ke selatan dikit ada warung soto pak aris yang ramai terus, aku kos di belakangnya, di sampingnya ada rumah makan puring lima tempat aku bisa ngambil makan banyak2 dnegan harga murah, terus ada burjo di sampingnya, tapi yang jaga bukan saiful jamil....

to gadis rantau: hehe.. pasti enak ya kalau diundang. aku juga gak pernah diundang, hiks..hiks.. kan memang bukan penyair...

emang gadisrantau tinggalnya di rantau mana??

Anonim mengatakan...

Ditemani Irfan Zakki Ibrahim (Ketua Redaksi CANGKIR), aku memang jadi mampir ke Ngayogyahadiningrat. Ke rumah Raudal ada Sabit lagi main mobil-mobilan. Lalu ke Saut yang baru sunat (sarungan terus kayak santri Krapyak). Terakhir ke bung Zulkarnain di Olongia. Habis maghrib langsung ke Lempuyangan cari kereta ke Kroya. Puisiku ikut berdesakan..

indriankoto.blogspot.com mengatakan...

buat mas badarudin
wah sayang banget mas kita gak bisa ketemuan ya? semoga di lain waktu mas ya. hehe..

oh ya, buletin cangkir masih jalan to??