13 Jun 2008

Percakapan Saban Pulang (1)


Percakapan Saban Pulang (1)


“Kamu di Yogya ngapain aja?”

“Ya ndak ngapa-ngapain.”

“Katanya kamu kerja ya? Kapan selesai kuliah?”

“Gak kerja. Saya masih lama kuliahnya.”

“Oh. Berapa tahun lagi?”

“Bisa dua tahunan lah.”

“lama juga ya. Kayanya semakin lama kuliah semakin tinggi ilmunya ya?”

“Ya, ndak juga.”

“Sihen, Udamu itu masih kapan dia selesainya.”

“Diakan ngulang lagi. Dia pindah kampus, pindah jurusan juga.”

“Oh, kenapa begitu? Ndak termakan di otaknya ya kuliah yang dulu.”

“Ndak begitu juga. Dia pengen aja kali, pindah.”

“Dia masih lama ya?”

“Paling tahun ini selesai.”

“Kamu gimana?”

“Aku masih lama. Kan harus kerja juga. Jadi gak bisa rajin ke kampus.”

“Kerja apa?”

“Biasanya menulis.”

“Nulis di koran itu?”

“Iya.”

“Kamu wartawan dong. Kayak Kudal kakakmu itu?”

“Ndak.”

“Kan nulis di koran jadi wartawan dong. Punya gaji tetap dong.”

“Ya ndaklah. Aku bukan wartawan.”

“Tapi nuliskan?”

“Iya menulis. Tapi bukan berita.”

“Nulis apa? Kau tulislah kami ini biar masuk koran juga. Wahj, panas kamu bawa kamera ke mana-mana. Mau memasukan kami ke koran ya?”

“Aku tuh bukan menulis berita. Tapi menulis puisi kadang juga cerpen.”

“Puisi? Buat apa? Diapain?”

“Dikirim ke koran.”

“Kamu wartawan dong. Punya gaji tetap ya.”

“Gak.”

“Kamukan nulis di koran.”

“Tapi bukan wartawan.”

“Trus apa?”

“Ya nulis aja.”

“Di koran mana?”

“Koran mana aja yang mau memuat.”

“Banyak dong. wah kaya kamu ya. pantas betah di sana. Koran di sini ada gak?”

“Ada juga. Sekali-sekali.”

“Enak dong, punya gaji tetap. Tapi ndak ada namamu dalam berita itu.”

“Aku bukan nulis berita atau wartawan. Dan tidak ada gaji tetap.”

“Tapi kamukan kerja di koran. Masa gak ada gajinya?”

“Ya, akukan bukan penulis tetap.”

“Terus?”

”Ya nulis aja. Untuk makan. Selebihnya aku kuliah?”

“Kuliah di mana?”

”UIN Sunan Kalijaga. Ya IAIN itu lo.” (Ah, para dosen dan kami sedang sibuk berchatting ria kini dengan laptop masing-masing)

“Agama ya?”

“Iya. Tapi jurusanku umum.”

“Tapi IAIN kan, kayak Iyal anak Pak Tami itu.”

“Iya. Tapi aku jurusan umum. Sosiologi.”

“Sosiologi? Nanti tamatnya jadi apa?”

“Ya ndak jadi apa-apa?”

“Kok bisa ndak jadi apa-apa. Kenapa?”
”Ya malas aja. Ndak mau kerja.”

“Kok ndak mau kerja. Oh, karena kamu dah punya kerja ya di Yogya. Kita diajaklah.”

“Aku kuliah. Bukan kerja.”

“Oh. Masih lama ya?”

“Iya. Aku kan juga harus kerja. Jadi jarang ke kampus.”

“Kerja di mana?”

(Silahkan dilanjutkan. Aku capek deh.)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

huaahahhahahaaaa cape deeehhh ... dengernya aja capek apalagi ngomongnya yakk?

PERERBIT AKAR INDONESIA mengatakan...

hehhehe