28 Mei 2008

Aku Dikenalkan Pada Dua Malaikat 24 Jam Ini.
Seorang Danu dan Seorang Kiting

Kemarin malam aku merasa seperti mau mati. Aku flu berat. Idungku bocor. Tak ada uang di kantongku, tak ada seorang pun yang datang. Aku merasa sendirian dan ditinggalkan.

Kenapa pula aku secengeng ini? Tapi begitulah aku. Setiap kali miskin begini, aku merasa begitu tolol. Sangat tolol dan benar-benar menjadi tolol. Entahlah. Tetapi Tuhan begitu ramah pada diriku yang tiba-tiba merasa begitu malang ini. Danu, ahai, bagaimana pula aku menyebut lelaki berambut botak dan berkulit nyaris sepertiku. Aku hanya tahu namanya Danu, dan hanya mengenal Danu saja. Entah danu apa, Danu siapa.

Betapa sombongnya aku yang tak mengenal banyak hal. Bahkan teman sendiri yang datang sebagai penyelamat malam ini. Sebenarnya manusia semacam apa diriku ini yang tak mengenal banyak hal dan apa pun di sekelilingku. Sesuatu yang hidup, sesuatu yang ada dan menyertai hidupku.(dengarkan gumam berikutnya ya?)

Danu Edan, Malaikat ke satuMengapa aku merasa tak perlu mengenal lebih dalam makhluk yang satu ini? Dia manusia sederhana dan aku cukup mengenalnya dengan sederhana pula. Dia datang, dia pergi. Dia ada, sewaktu-waktu lenyap. Segalanya serba seadanya. Aku mengenalnya larut malam ketika seorang Komang mengajak kami bertemu di Kandang Kopi. Malam itu kami bersama M. Arman AZ yang baru datang dari malang. Aku dan Jusuf An yang saat ini telah bahagia bersama istrinya (ah, bahkan jangankan untuk mendatangi pernikahannya, mengucapkan “selamat bertempur” saja saya nyaris tak melakukannya. Manusia semacam apa saya ini?) seharian menemaninya. Ketika malam itu kami berkumpul, si Komang sialan itu memang penuh kejutan. Manusia sialan yang kalau lagi stres itu selalu ramah mentraktir siapa saja (kami sering berdoa, semogalah Komang selalu stress dengan demikian tubuh kami terselamatkan. Aduh, aku jahat. Jahat. Betul-betul jahat!!).

Malam itu Danu menyertai. Aku tak tahu si Ira Komang kenal dari mana. Kami baru pertama kali bertemu makhluk ini. Dia pendiam, tetapi tidak pemalu. Dia tak banyak bicara tetapi bukan karena baru bertemu orang baru. Fahmi yang konon pertama kali menemukan manusia ini. Entah di mana. Konon, suatu waktu aku mendapat wahyu, bahwa Indah Survavina (dan lihatlah untuk nama saja aku betapa tidak manusiawi sekali) yang mengenalkan mereka. Tetapi aku tak tahu, mengapa malam itu Ira bersama bersama makhluk itu.

Dan setelahnya, saya tak bisa menghitung lagi, berapa kali sudah kami bertemu, berapa kali sudah kami saling berbagi kabar. Dia juga sering bertandang ke kosku, sejak itu pula aku merasa dia bagian dari kami. Bagian dari orang-orang yang datang dan pergi dalam hidupku.

Tetapi malam ini betapa lainnya. Dia seperti dititipkan Tuhan khusus untukku. Sepotong SMSnya masuk ke inbox Hpku yangs ering rusak itu. Hp yang sedari tadi sepi. Dia mau datang ke empatku.

Dalam suasana ini aku merasa betapa membutuhkan seseorang di sampingku. Seseorang yang kukenal akrab, seseorang yang berkisah banyak hal. Tapi tak juga. Dan aku gelisah. Kali pertama aku merasa gelisah dan begitu menunggu.

Dia Danu, seseorang yang hanya kukenal Danunya saja. Seseorang yang di link blogku bernama Danuedan. Selebihnya aku tak tahu apa-apa tentang dia.

Betapa celakanya aku. Dan lihatlah, malam ini aku diselamatkan olehnya lagi. Setelah malam-malam kami, beberapa kali ketika menonton SAW dia membelikan kami keripik besar dan sebotol Fanta. Kemarin-kemarin ini dia juga melakukan ini lagi. Dan malam ini, sepotong lele goreng nagkring di piringku. Dan pagi ini, aku melupakan ejekan untuknya yang SMS-nya yang seharusnya untuk pacarnya terkirim ke Hpku. Sebab pagi ini, soto ayam lagi-lagi mengisi perutku pagi-pagi.

Laki-laki sederhana ini, harus kukenal lebih banyak lagi. Bukan, bukan karena semalam dia mengajakku makan, bukan karena pagi-pagi segelas teh angat serta semangkok soto ayam. Bukan, aku hanya mengenal dia lebih banyak ketimbang sekedar Danu saja yang mengelilingi Yogya dengan transjogja dan lain kali jalan kaki saja.
Aku merasa dia tidak sesederhana Danu saja.

2. Kiting, Malaikat Kedua
Dan aku tak tahu, laki-laki ini sudah berapa kali aku diselamatkan olehnya. Aku pun merasa tak tahu bagaimana menuliskan diri lelaki kurus tinggi berambut keriting dan berkulit putih ini.

Aku berkali-kali menyebut namanya dalam beberapa tulisan-tulisanku. Kiting, Kiting, Kiting. Di kampus orang-orang memanggilnya Babe, nama aslinya Mujibur Rohman. Begitulah, mantan aktivis dan mantan mahasiswa di Stain Salatiga. Aku tak bisa bercerita lebih banyak tentang dia. Karena dia diselimuti rahasia. Dia memang begitu rahasia dan dia tampak gagah dengan segala rahasia yang dimilikinya.

Untuk dia, aku lebih mengenalnya agak panjang. Aku diam-diam sering membaca diari yang sekarang tak lagi ditulisinya. Seorang dasyat tentu saja.
Aku tak ingin menuliskan dia lebih panjang. Aku malu, sungguh. Tapi baiklah, aku akan bercerita betapa istimewanya dia.

Sekali lagi, ketika miskin (mestinya aku selalu miskin lo), aku merasa begitu bodoh. Aku merasa tak mengenal siapa pun, aku tak berani meminjam uang pada siapa pun. Aku melihat mereka begitu asing. Sementara tugas kuliah harus aku kumpulkan siang ini. Tugas pengganti ujian akhir. Bayangkan.

Aku ingin menangis saja ketika tak satu pun jalan bisa kutemukan. Aku kembali ke kampus, ketika semua orang sudah mengumpulkan tugas, sementara aku masih juga tak bisa mendapatkan uag 2000 perak untuk mengeprint tugas kuliahku yang lima lembar ini.
Tetapi begitulah, aku merasa punya nafas lagi ketika aku melihatnya. Kiting, ada Kiting di sana. Aku mengulurkan tangan padanya. Sumpah, dia begitu paham kebutuhanku. Selembar uang seribu, empat keping uang seratusan dan satu lembar uang dua puluh ribu. Semula aku meniatkan untuk meminjam dua ribu saja, tapi sial, motor yang kubawa kehabisan bensin. Dan aku, lagi-lagi measa berhutang pada makhluk Tuhan ini.

Sementara aku merasa belum melakukan apa-apa. Aku bahkan tidak memijitnya ketika sakit, tidak menemaninya, dan membiarkand ia melakukan apa pun sendirian.

Aku pikir dua makhluk ini hanya sedikit saja dari banyak makhluk di sekitarku yang tiba-tiba menjadi penyelamat hidupku, seperti dititipkan Tuhan untuk melindungi diriku. Begitu banyak nama, begitu banyak orang. Mereka menyebar di mana-mana. Ah, betapa tak layak aku menyebut nama. Kepada kalianlah aku berterima kasih.

Tiba-tiba aku teringat Andi, teringat Harie, teringat banyak orang sekaligus. Orang-orang jauh yang aku ingin merangkul semua di sini. Di sampingku.

Itu saja dulu.

27 Mei 2008
NB: dua malaikat baik ini bisa ditemukan di:
kiting: arakisunyi.blogspot.com
danu:danoedan.blogspot.com

1 komentar:

Litbang blog manusia goblok mengatakan...

Kulitku lebih putih daripada kulitmu!Aku sedang dalam proses pemutihan kulit nee..jangan kau samakan dengan kulitmu yang hitam itu..ckackackackacka....asulah....