30 Des 2007

Ujung Tahun, coretan kemarahan

...Dan Kepedihan Berjalan Seperti Biasa pada Setiap Pintu

Adakah sungguh-sungguh baru setelah ini?

aku tak yakin ada yang berubah. besok, ketika bangun, aku akan menemukan matahari yang sama, embun di batu yang kemarin juga. dan hujan ini, tidakkah kemarin dia lewat di jendela kamarku? atau kesepian ini, ia selalui menyapaku sepanjang hari. dan kini pun.

di luar orang-orang mungkin hibuk dengan sesuatunya. meniup terompet, melempar kembang api ke udara, menyusun rencana dan doa. aku ingin berada di stasiun. menyaksikan kedatangan dan kepulanghan yang terasa lebih mengharukan. selalu ada yang baru di sini. cerita, peristiwa, wajah dan nasib juga.


aku tak percaya ada yang berubah begitu aku membuka mata dan almanak di kamarku tak lagi memuat aksara baru. kupikir akan seperti itu-itu juga. bangun tidur, ke kamar mandi, meditasi ringan, meminum air putih, bikin kopi, merokok dan selebihnya pengulangan yang membosankan. beberapa hal ada yang berganti; jadwal yang mendadak. tetapi aku tak menemukan apa-apa selain tubuhku yang lama juga.


apakah aku terlalu pesimis atau cemburu pada dunia yang hibuk? mungkin aku terlalu jahat buat sebagian orang. sesuatu yang tak aku niatkan. dan sama saja, aku tak menemukan apa pun untuk menggantikan kejahatanku dengan sebuah kado sederhana yang kuletakkan di cerobong asap.


apa yang baru? tangis, duka dan peristiwa? tidakkah melulu sama sesungguhnya? kita terbiasa dengan air mata. hujan yang kelewat perih, jatuh dari kelopak langit, menghempaskan banyak kisah di ujung dan awal tahun. tanah-tanah yang lelah, menjatuhkan diri, mengadukan nasibnya pada manusia, laut yang letih dengan banyak kesakitan, hutan yang merasa ditinggalkan dan sendirian, dan angin yang terlalu banyak mendengarb kabar buruyk. jika sudah begini, tidakkah kita sedang bergelut dengan pengulangan dan pengulangan yang melulu itu?


kupikir, jalan-jalan masih akan basah, sisa hujan semalam. sedikit berbeda mungkin bungkus makanan dan sampah terompet bercecer di mana-mana. kalian tertidur dan menemukan matahari --yang kata kalian baru-- jauh di atas kepala. lalu semacam igauan peristiwa semalama; keriuhan yang lain, dunia yang berisik, keringat dan jerit nafas tertahan. dan di matamu tak akan ada apa-apa selain memenuhi janji kemarin yang sempat terucap, mengangkat handphone dan menghubungi/dihubungi seseorang. dan kepedihan berjalan seperti biasa melewati setiap rumah.


jika sudah begini, bagiku sama saja. mungkin mereka yang mengusung benderalah yang merasa waktu memang bergerak. aha, benar, mungkin hanya politik yang memiliki waktu. tetapi aku dan mungkin dirimu, tidakkah mengulang hal-hal yang melulu itu dengan sedikit renovasi.


akan kukatakan juga padamu, Selamat Tahun Baru 2008. barangkali tahun ini masa-masa terakhir kita dengan dunia, karena waktu bergerak maju dan usia bergerak mundur.


untukku tak perlu ucapan apa-apa, sebab aku tak meniatkan apa-apa, selain mengganti almanak di dinding. sebab yang beruba hanyalah angka.

Tidak ada komentar: