5 Des 2007

tulisan konyol

Refleksi Rumah

Hakikat rumah ialah menampung kepulangan bagi pengelana semacam kita. Hakikat rumah ialah yang melindungi kita dari angin jahat dan rasa dingin.


Tapi apa artinya rumah jika kita mulai mengenal tempat lain untuk berteduh?

Sejak kini jalan ke rumah terhapus dari peta.


Aku ingin membiarkan kenanganini mengaburt dan padam dengan sendirinya. Rumah ini akan hancur pelan-pelan tanpa seorang pun dari kita yag menangisi. Hakikat rumah adalah menampung perjalanan baru yang diam-diam diciptakan. Atau haruskah kita membikin rumah tanpa pintu dan jendela?


Ini bulan Desember, hujan akan begitu setia menemani kita. Dan rasa dingin.


Kita harus terbiasa sendirian. Sebagaimana rumah, tempat anak-anak peristiwa lahir dan tumbuh dan bergegas meninggalkannya. Adakah rumah pernah bersedih? Pernah kehilangan?
Segalanya terasa gelap seperti pagi Desember. Kita mesti menyudahi ingauan tentang rumah ini. Da aku ingin beristirahat malam ini tanpa sedikit pun dihantui mimpi buruk. Saat di mana aku bisa tidur, memimpikan hal-hal kecil dan sederhana. Seperti biasa, saat aku bangun dari tidur aku hanya membutuhkan beberapa gelas air minum dan melakukan beberapa pekerjaan yang sedikit itu. Merogoh kantong, menghitung receh, ke kontrakan seorang kenalan, mencari lintingan rokok, mendapat sedikit utangan dan ritual sederhana di depan computer, setelah itu aku cukup merasakan debar di akhir minggu, dengan doa sederhana, semoga hutang-hutang bisa kulunasi.


Tapi betapa segalanya bukan sederhana. Aku tak jua bisa memejamkan mata. Obat tidur dan beberapa vitamin sialan itu telah membiki perutku tak nayman, bibirku kering dan maagku semakin kambuh. Obat tidur hanya membuatkus edikit pusing dan malam-malamku selalu saja mimpi buruk dan membuatku ketakutan. Kasihan Kiting, teman satu kamarku yang bertahan dengans etiap makian, gumamam, teriakan dan rabaan pelanku pada malam-malamnya. Dans elalu aku terbangun begitru aku merasa menyentuh bukan dirimu. Dan adzan subuhlah yang anti akan berbaik hati mengembalikan aku ke balik mimpi. Waktu singkat yang kemudian bisa kunikmati dengan pelan. Subuh, tak ada lagi mimpi buruk.


Dan kau, semakin jauh dari rumahy. Padahal kau tak mengantongi peta dan tak menghapal alamat. Di mana kau akan bertanya nanti jika tersesat? Di kota yang hibuk ini, orang-orang melupakan kita dan rumah sederhana ini.ah, apalah kita, diriku dan dirimu di anatara hidup yangs emakin penuh inmi. Mereka tak akan paham kesakitan kita, kehilangan kita, kepedihan dan pertengakaran-pertengkaran muram. Mereka mengenal kita, tapi tak mengenal kesakitan kita. Mereka hanya lewat dan menyapa di sepanjang jalan, serupa ular dan sebongkah apel dalam dongeng klasik.


Dan kau akankah terpedaya olehnya? Sekali lagi, orang-orang tak akan sepenuhnya mauk ke dalam sakit kita. Orang-orang hanya akan bersedia berbagi tawa. Kalau pun mereka mendengar kita, apala jadinya, mereka cukup menghela nafas dan berbisik pelan, seakan menyesalkan, “Hhh.. apa aku bilang..” dan kita, merasa dia begitu pahamakan kita.


Kau tahu, mereka akan melupakan apapun dan mempercakapkannya di depan banyak orang untuk melengkapi kekonyolan-kekonyolan melawan siang yang garang. Ah, kita beruntung sekadang musim hujan, sayang.


Kali ini aku harus jujur, aku tak tahu, apa yangs edang aku tulis sekarang. Aku hanya ingin menulis begini saja dan tak akan membacanya kembali. Mungkin dnegan ini aku berharap, aku akan bisa tidur tanpa mimpi buruk lagi.


Dan kau, tolong tutup pintu pagar jika sudha melewati halaman. Aku sedang tak ingin menerima tamu. Juga dirimu.


4 desember 2007

Tidak ada komentar: