5 Jun 2007

melankolis

aku tahu benar serupa apa warna hitam. gelap, suram dan tanpa cahaya di sana. tanpa cahaya? ai, mengapa pula aku memperdebatkan ini denganmu.serupa apakah warna gelap? apakah hitam, legam dan tak satu pun yang bisa kusaksikan dari sana.

aku ini betapa miskinnya dengan apa-apa. tak ada apa-apa. selain pinjaman dan melulu pinjaman. aduh-aduh, dengan apa kubayar semua hutang atas hidup yang sempat indah ini?

Aku tak tahu sedang menulis apa saat ini. sumpah. kelam, sempurna kelam. dan aku menyebutnya warna hitam. izinkanlah aku menceracau, tentu bir dari saut sore ini tak akan membuatku mabuk kecuali hanya keinginan untuk kencing dan perutku yang semakin melilit.


aku tak hatu hendak mengatakan dan menuliskan apa. itu saja.


adakah seseorang bisa menangkap, kemana kepalaku hendak berjalan ini malam? aku tak tahu, sungguh. kau tahu, aku hanya sendirian, orang yang selalu sendirian. sampai suatu waktu, aku menemukan seorang teman. tapi, "dengan sendiri, kau tidak akan kehilangan apa-apa."


apa itu sendiri? aku tak tahu, sungguh. betulkah aku sendirian di dunia ini. ahai, aku teringat pelabuhan, aku teringat stasiun. aku "hanyalah tempat di mana keberangkatan dan kepulangan dirayakan." setelah itu aku tidak siapa-siapa, bukan siapa-siapa. betapa malangnya.


kau percaya cinta? duh, apa pula ini. aku gemetar mengingat ini. sepanjang hidup. sepanjang sisa usia.


kau tahu apa yang kuinginkan saat ini? tidur, dan ketika bangun aku sudha berusia 27 tahun dan sesaat lagi aku mati. tentu aku tidak ingin menjadi Chairil. tak. setidaknya aku bisa melewatkan usia 24 yang gamang dan gemetar ini. mendebarkan dan penuh ketegangan.


kalian, serupa maut yang mengungkungku dari berbagai arah. aku ingin menjerit. aku ingin berteriak sejadi-jadinya. aku tak pu8nya suara, aku tak lagi memiliki apa-apa ndan siapa-siapa.


doakan aku malam ini, sebelum tidurmu, semoga besok pagi adalah 27 tahun usiaku. agar tahun-tahun mendebarkan ini padam dari diriku.


aih, aku tak kuat lagi menaham apa pun, dari seikat tali yang rapuh ini. hidupku akan segera padam. aku akan jatuh, berdebum dan lenyap begitu saja. aku nyaris padam oleh tiupan kecil nafasmu.


tertawalah, tertawalah kau yang ingin tertawa. aku sesungguhnya juga ingin membuka mulut dan berbagi kelucuan dneganmu. tapi kali ini, betapa aku banyak lupa dan tak mampu mengingat apa-apa.


sudah.


sebuah partitur, akan segera memadamkan kata-kataku di pepohonmu. akan padam, akan binasa, oleh getar dan irama senduy lagu-lau\gu surgawi. sekuat apakah kata? sekuat apakah irama?


kata-kata, aku tak mampu lagi menangkap kata. aku tak mampu....

Tidak ada komentar: