20 Apr 2007

Sajak Sutan Tsabit Kalam Banua

Sumpah, aku kaget ketika membaca puisi ini dan dikatakan ini karya Tsabit. bagimana tidak? duh, aku yang barangkali terlambat mengikuti gerak-gerik bocah kecil ini.


aku membacanya keras-keras. ternyata Tsabit bisa tahu bagian mana yang salah dari kalimatnya dan menerangkan keseluruhan isi dari puisi itu.
percayalah dia sudah bisa berpuisi dan terimalah kenyataan itu.

akan kukutib satu bait puisi yang betul-betul dihapalnya, karyanya dua tahun silam ketika aku masih tinggal bersamanya di Rumahlebah.
"petir tidak menyambar
menyambarlah tangannya"
begitu katanya.

Ada satu lagi yang diingatnya dan aku ingat, yang kamis emua mengingat, dengan catatn, kalu kau salah satu kata aja di depannya, terimalah kekalahanmu, ket
ika dia marah dan membetulkan ingatanmu. yakin, sesekali dia akan dengan sabar mengajarkanmu baityang ini:

"lemparkanlah batu ke pohon
phon akan memakannya
tokoh-tokoh berbicara
mulut-mulut berbunga
tapi masa depan kita, tak satu pun terucapkan."

kini dengan senang hati akan kubagi satu dari empat puisinya yang sempat terdokumentasi untukmu. dengan rela hati tentu saja.



mata sunyi sepi
matamu hilang jejak
hingga tak bisa menghapus kesedihan
o, rumah yang bersedih
bayanganku kini hilang dari mataku
semua keindahan sepi sunyi hancur dari mataku
puisi-puisi tolonglah, bakar dirimu sendiri!
kata-kata yang tak bisa diabaikan olehku
mataku kini hilang tak ada di tubuhku
puisi-puisi, lilin-lilin, semuanya di bumi ini
hancur dari pandangan mataku
aku kini diam dalam puisi itu
o, puisi, tolonglah liarkan babi-babi itu
kini, kini tubuhku telah tiada
puisi-puisi hilang dari bayanganku
puisi-puisi yang dulu ada
sekarang telah tiada
o, puisi. o, puisi
tolonglah catat semua puisiku
dari sajak-sajakmu
rumahlebah, 10 maret 2007: 00:12


Tidak ada komentar: